Saya Bermimpi Tentang Indonesia

Sebelum Anda membaca lebih jauh dan menyelesaikan artikel ini, saya ingin mengklarifikasi bahwa tulisan ini bukan dibuat berdasarkan logika seorang ahli sosial politik, kenegaraan, atau perekonomian. Saya tidak mengerti satu pun di antara ilmu-ilmu tersebut, selain dari apa yang saya logikakan sendiri. Ini hanya sebuah kicauan dari anak bangsa, yang dengan apa yang dimilikinya ingin memulai sebuah langkah yang lebih bermakna bagi tanah airnya.

Saya tidak pernah berani bermimpi besar, sebelum saya mempelajari NLP dan mulai mempraktikkannya dalam kehidupan saya. Setiap mimpi selalu membuat saya takut dan ragu ketika tiba saatnya untuk memulai langkah untuk mewujudkannya. Sampai sebuah hal yang aneh terjadi di penghujung tahun 2007. Saya membuka kembali agenda saya yang lama tidak saya tengok. Saya menemukan beberapa lembar kertas bertuliskan visi dan misi hidup yang saya revisi di awal tahun, berikut beberapa impian yang ingin saya raih hingga beberapa tahun ke depan. Aneh, karena beberapa impian yang saya targetkan terwujud di tahun 2008, sudah 90 persen terwujud di tahun 2007.

Sejak itulah saya semakin yakin akan kekuatan sebuah mimpi. Berbeda dengan ungkapan orang tentang bermimpi di siang bolong, mimpi dalam NLP adalah mimpi yang dibentuk dengan baik (wellformed), sehingga begitu nyata dalam diri kita. Rasa nyata inilah yang kemudian menggerakkan langkah kita menuju jalan yang akan menghantarkan impian ke hadapan. Ibarat rudal, sasaran sudah dikunci, dan siap untuk ditembak.

NLP dan Indonesia

Saya bisa membayangkan, jika satu demi satu orang Indonesia memahami NLP dengan baik dan mempraktikkannya dalam kehidupannya, maka akan banyak yang berubah di wajah Indonesia.

Seorang pemuda akan belajar dengan semangat tinggi, dan menghasilkan karya berkualitas tinggi pula. Melepaskan diri dari belenggu latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan, budaya, ia mendobrak kebiasaan dan berinovasi secara ekologis untuk menciptakan karya-karya yang orisinil.  Tujuan hidupnya begitu jelas, sehingga ia lah yang menciptakan arus, alih-alih mengikuti arus.

Dan tibalah saatnya menikah. Ia terapkan keyakinan bahwa setiap orang memilliki caranya sendiri untuk memahami dunia. Jadilah ia pasangan yang empatik dan penuh perhatian. Dibuangnya jauh-jauh kata-kata standar pasangan yang telah beberapa lama menikah, “Seharusnya dia sudah tahu”.  Ia ungkapkan dengan spesifik harapan-harapannya, sehingga keduanya saling memahami dan secara fleksibel saling menggunakan model dunia pasangannya. Lagi-lagi, mereka begitu jelas akan tujuan hidup dan tujuan pernikahannya, sehingga setiap peristiwa selalu menjadi umpan balik untuk perjalanan yang lebih menyenangkan.

Tuhan pun meniupkan ruh ke dalam janin, dan jadilah sang pemuda memiliki seorang anak. Ia paham betul, bahwa seorang anak telah siap menerima pendidikan sejak masih di dalam kandungan. Maka tidak pernah ia berhenti untuk menghadirkan keceriaan dalam rumah tangganya, disertai muatan-muatan ajaran untuk hidup dengan mulia. Di saat itulah, baik sang Ibu maupun sang janin, belajar tentang kehidupan yang penuh keseimbangan. Bahwa antara kesenangan dan kesedihan adalah satu kesatuan yang saling melengkapi. Derita bukan lawan dari cinta, tapi derita membuat cinta jadi dewasa.

Ketika sang anak lahir, keduanya menemukan, bahwa kehadiran manusia pastilah memiliki tujuan. Manusia diciptakan berbeda, dan mengemban tugasnya masing-masing. Untungnya, Tuhan tidak pernah menyertakan buku manual ketika seorang bayi lahir. Jadilah, memiliki anak sebagai sekolah baru untuk memahami model dunia orang lain, tanpa kata-kata, hanya tangis. Kemampuan kalibrasi mereka diasah, sehingga makin peka setiap harinya. Sesuatu yang makin memantapkan keyakinan mereka bahwa mereka yang selalu fleksibel lah yang akan memegang kendali dalam proses komunikasi.

Sembari menjalani kehidupan rumah tangga, sang pemuda juga membagi waktunya untuk bekerja di sebuah perusahaan. Menerapkan NLP, ia begitu fokus dalam bekerja dan efektif serta efisien dalam mencapai target-target yang diberikan kepadanya. Banyak orang menyukainya, karena hasil kerja yang baik juga hubungan pribadi yang hangat. Mereka suka, karena ia selalu berusaha berbicara dengan menggunakan model dunia orang lain sehingga memudahkan pemahaman. Dengan tetap mampu mempertahankan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga, karirnya meningkat setahap demi setahap, seiring dengan kematangan pribadinya. Bekerja baginya adalah untuk hidup, dan bukan sebaliknya.

Banyak orang terinspirasi akan apa yang ia jalani. Seorang kawan lama, yang berkarir di bidang politik, mengikuti jejaknya untuk hidup dan menjadi tuan bagi dirinya sendiri. Ia tahu persis, bahwa karir di bidang politik adalah karir pengabdian, dan sama sekali bukan mencari keuntungan. Ia fokuskan tujuan hidupnya untuk menjadi agen perubahan bagi dunia pemerintahan. Uniknya, ia terpilih dalam berbagai jabatan tanpa perlu berkampanye. Ya, orang-orang sudah tahu apa yang ia mampu lakukan, dari track record-nya selama ini. Jadilah, ia didukung penuh oleh para pemilih, dan jauh dari suap dan korupsi yang sarat dengan berbagai kepentingan kotor. Keputusan-keputusannya bersih dan murni, karena selalu didasarkan pada satu pertanyaan puncak: Apakah keputusan ini sudah ekologis?

Kali ini, keduanya menginspirasi seorang lain yang memilih jalan sebagai pengusaha. Menjadi pengusaha baginya bukan lah untuk mencari uang semata, melainkan untuk turut membangun perekonomian bangsa. Ya, pengusaha yang baik adalah orang-orang yang terberkati, karena di tangan mereka lah roda perekonomian berputar dan menopang kehidupan. Menerapkan NLP, ia mengelola karyawannya dengan mengembangkan kemampuan terbaik yang mereka miliki. Develop your strength, compensate your weakness, demikian ia berprinsip. Tidak perlu bersusah payah mengembangkan kekurangan, karena yang namanya manusia pasti punya banyak kekurangan. Pusatkan pada kelebihan, karena di sanalah Tuhan telah meletakkan misi hidup setiap orang. Lagi-lagi, hal yang sama terjadi. Begitu baiknya ia mengelola perusahaan, menghasilkan produk dan layanan yang prima, sehingga ia hanya perlu beriklan seperlunya, tanpa berlebihan. Ya, orang membeli dan terus membeli karena pengalaman mereka, dan bukan karena kebohongan yang mereka dengar dalam iklan.

Seorang guru mencermati ketiganya, dan tergerak untuk mendidik murid-muridnya hingga menjadi pribadi dengan karakter serupa. Ia sadar, bahwa setiap murid memiliki cara belajarnya sendiri. Biarkan mereka memulai dengan cara belajar mereka, baru lah bantu untuk menemukan cara belajar lain sehingga menjadikannya fleksibel. Ketika ada seorang murid yang dinilai ‘bandel’, ia pun segera teringat, “Selalu ada maksud baik di balik setiap perilaku.” Jadilah ia seorang guru favorit, yang dicintai murid-muridnya, karena mereka merasa dipahami.

Saya bisa mendengar dan merasakan, Indonesia yang memiliki banyak orang seperti ini. Dan, dengan menerapkan NLP, prosesnya akan menjadi lebih cepat, karena prinsip modeling yang dimilikinya. Ya, NLP adalah modeling. Kita tidak perlu mencari tahu lagi bagaimana seharusnya bentuk sebuah roda. Cukup kita cari roda yang paling efektif, dan kita berangkat dari sana untuk menciptakan inovasi baru. Modeling, prinsip utama NLP, adalah alat yang akan memudahkan kita untuk melanjutkan perjalanan orang-orang hebat tadi. Temukan rahasia kehebatan mereka, dan setahap demi setahap, kehebatan itu akan menular ke seluruh penjuru bangsa ini.

Langkah Pertama

Indonesia NLP Society adalah langkah pertama menuju Indonesia itu. Indonesia yang ada dalam mimpi saya, dan mungkin, mimpi Anda.

Tapi mengapa NLP?

Karena saya sangat setuju akan prinsip melanjutkan inovasi tanpa mengulang kembali penemuan yang sudah ada. Modeling itulah tujuan saya. Dan itu sebabnya pula, saya ingin belajar kepada pakarnya modeling, para guru NLP di seluruh penjuru dunia.

Mengapa harus belajar ke luar negeri? Apakah di Indonesia tidak ada yang jago modeling?

Tentu ada. Banyak, bahkan, mungkin. Namun saya tidak pernah memisahkan antara ilmu dalam dan luar negeri. Meminjam ungkapan dari Mang Ujo, yang pernah disampaikan oleh seorang rekan di milis, “Sampai satu masa…untuk sebuah karya, yang akan diingat/dikenal oleh masyarakat luas adalah orang/bangsa yang menghargai karya itu, melestarikan, mengembangkan, dan melindunginya, bukan orang/bangsa yang menciptakannya.”

Ilmu adalah karunia Tuhan, yang sengaja disebarkan agar manusia bergerak, dan saling berhubungan.

Lalu, setelah belajar?

Tentu dipraktikkan, sehingga orang-orang hebat seperti di atas tadi dapat bermunculan dalam berbagai bidang kehidupan. Dan, melalui praktik ini kita akan kembali belajar. Begitu seterusnya.

Saya bermimpi, begitu nyata, bahwa langkah pertama ini akan begitu mudah, menyenangkan.

Jadi, Anda ingin bergabung dalam perjalanan ini?

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *