Belajar Memimpin

Hampir 9 tahun lalu saat kami pertama kali tertarik menyelami khazanah kepemimpinan. Mulai dari merenungi berbagai pengalaman memimpin yang kami lalui di organisasi, hingga ratusan literatur yang kami lahap hingga kini. Diubek-ubek, diputer-puter, hampir begitu banyak pengalaman dan literatur bermuara pada beberapa komponen yang merupakan ciri perilaku kepemimpinan.

Kok perilaku?

Ya, sebab hemat kami, bentuk riil kepemimpinan adalah perilaku. Apa yang dilakukan seorang pemimpin, itulah kepemimpinannya. Kepemimpinan jelas bukan semata apa yang dipikirkan semata, atau apa yang dirasakan semata. Ia harus mewujud dalam perilaku nyata, hingga tiap orang bisa merasakan keberadaannya.

Nah, kembali ke soal ciri perilaku kepemimpinan tadi, kami menandai bahwa sekian banyak bahasan soal ciri pemimpin selalu bermuara pada 4 hal: Modeling, Visioning, Executing, Empowering.

Modeling, adalah keterampilan seorang pemimpin untuk menjadi contoh hidup bagi orang-orang yang dipimpinnya. Seorang guru yang pemimpin, adalah contoh hidup dari orang yang haus akan ilmu dan begitu bersemangat belajar. Seorang pebisnis yang pemimpin, adalah contoh hidup dari gairah menghasilkan keuntungan jangka panjang yang begitu besar. Seorang agamawan yang pemimpin, adalah contoh hidup dari seorang pengamal ajaran agama yang konsisten. Maka modeling adalah syarat utama seorang pemimpin, sebelum syarat-syarat lain. Bukan pemimpin jika ia tidak punya ciri menonjol yang bisa dicontoh. Sebab orang yang hanya pandai bicara, tanpa menjadi role model dari apa yang diucapkannya, akan segera ditinggalkan tanpa basa basi oleh para pengikutnya.

Visioning, adalah keterampilan seorang pemimpin untuk memberikan arah, menetapkan tujuan. Disebut pemimpin, sebab ia tahu kemana kita akna menuju. Maka bukan pemimpin, yang hanya bisa mengatur kerja, tanpa tahu kemana kerja itu mengarah. Sebab kerja semata pasti berujung pada lelah. Tapi kerja yang tersebab ingin meraih tujuan besar, pastilah punya banyak tenaga untuk terus bergerak. Pemimpin memang model dari kesuksesan. Tapi kesuksesan di masa lalu. Padahal para pengikutnya hidup untuk masa depan. Maka pada soal masa depan itulah seorang pemimpin mesti menyeru. Masa depan bangsa yang merdeka, masa depan bisnis untuk kehidupan yang lebih baik, masa depan perdamaian dunia, hingga masa depan manusia ketika kehidupan dunia telah berakhir.

Executing, adalah keterampilan seorang pemimpin untuk mewujudkan impian menjadi kenyataan. From dreams, into reality. Dari strategi yang terbang tinggi, menjadi kehadiran yang mendarat. Seorang pemimpin pastilah pemimpi. Pemimpi yang teguh memegang impiannya,hingga tak berhenti sampai ia menjadi nyata. Pun jika umurnya tak sampai, telah ia siapkan jalan tuk dilalui para pengikutnya. Dan tersebab ia teguh memegang impian, maka jalan ini ada yang ditetapi dengan disiplin, namun tak jarang pula yang begitu luwes disesuaikan dengan keadaan. Sebab tujuan menentukan cara, demikian keyakinannya. Set your destination, flexible on your route, kata sebuah ungkapan.

Empowering, adalah keterampilan seorang pemimpin untuk menjaga energi, sebab perjalanan mencapai tujuan bisa jadi panjang dan berliku. Tujuan itu jelas, namun jalannya seringkali berkelok, naik dan turun. Tanpa pengelolaan energi, bisa jadi ia berhenti di tengah jalan, sebelum sempat menikmati indahnya tujuan. Di sinilah orang sering menyebut seorang pemimpin adalah penyemangat. Yang tak henti membangkitkan kembali impian yang kadang meredup dalam benak dan hati. Menyalakan lagi lilin yang tertiup angin kelesuan. Mengipasi api dengan tulus hingga nyala terang sampai tujuan.

Nah, sampai di sini, saya pun penasaran, apakah Anda memiliki pemikiran yang sama dengan saya. Silakan cermati kembali keempat perilaku kepemimpinan di atas. Ya, sekali lagi. Lalu jawab pertanyaan ini: adakah di antaranya, yang tak bisa kita lakukan secara individual? Adakah di antaranya, yang meski kita tak punya pengikut, tak bisa kita kerjakan sendirian, untuk diri kita sendiri?

Ah, jangan buru-buru menjawab jika Anda belum yakin. Renungkan saja. Dan nikmati renungan Anda.

Oh, sudah selesai? Bagus!

Jika Anda sudah cukup merenung kini, bisa jadi kesimpulan Anda akan sama dengan kami: tidak satu pun! Ya, tidak satupun dari keempat perilaku kepemimpinan di atas yang tidak bisa dijalani sebagai individu. Dengan kata lain, semua perilaku kepemimpinan itu, sejatinya adalah perilaku yang merupakan ciri khas individu sukses, terlepas dari apakah ia memiliki pengikut atau tidak.

Tak percaya? Mari kita bedah satu per satu.

Modeling. Ambilah contoh Anda adalah seorang karyawan yang ingin memiliki bisnis sendiri. Maka sembari memulai kecil-kecilan, apa perilaku seorang pebisnis yang akan Anda seriusi? Adakah Anda senang datang terlambat? Tentu tidak, sebab sebagai pengusaha, tentu Anda tak ingin memiliki karyawan yang telatan. Adakah Anda boros dengan fasilitas kantor? Tentu tidak, sebab sebagai pengusaha, Anda jelas tak suka dengan karyawan yang menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi. Adakah Anda bekerja malas-malasan? Tentu tidak, sebab sebagai pengusaha, pastilah Anda hanya senang dengan karyawan yang bersemangat tinggi. Maka meski Anda belum punya karyawan, bahkan menjadi karyawan, namun Anda sudah bersikeras menjadi model bagi diri Anda sendiri.

Visioning. Adakah Anda hanya memiliki target harian,tanpa impian usaha Anda menjadi besar pada waktu yang Anda targetkan? Ah, rasanya tidak mungkin. Anda pasti telah menyusun sebuah buku impian, tentang seberapa besar bisnis Anda kini akan menjadi. Berapa banyak karyawannya, asetnya, keuntungannya, cabangnya. Ia pasti besar, tidak nanggung. Dan itulah yang membangunkan Anda setiap pagi untuk giat bekerja, dan tetap membuat Anda terjaga di malam hari untuk mengurusi bisnis Anda.

Executing. Ah, bukan pebisnis jika hanya berencana. Anda pasti telah menyusun sebuah rencana matang, dan memulainya, kan? Coba, dan lihat hasilnya. Bagus, lanjutkan. Kurang, perbaiki. Rugi, coba lagi. Terus begitu, yang penting setiap rencana tereksekusi.

Empowering. Dan apa yang Anda lakukan ketika lelah, letih, lesu? Mungkin berdoa lebih rajin, membaca buku pembangkit semangat, mendengarkan lagu, berbincang dengan sahabat senasib, berguru pada orang lain, dan seterusnya. Intinya, Anda tetap pegang mimpi besar, Anda tetap jalankan tiap rencana, dan naik turunnya semangat terus Anda kelola. Lelah? Istirahat, lalu mulai lagi. Gagal? Merenung sejenak,lalu bangkit lagi. Begitu lah seterusnya, meski tak satu pun karyawan Anda miliki.

Ah, makin percaya kan?

Maka jelas bukan omong kosong jika ada sebuah ungkapan bahwa every leadership is self leadership. Setiap kepemimpinan itu sejatinya adalah kepemimpinan diri. Dengan kata lain, seorang pemimpin, selalu memulai pekerjaannya dengan memimpin dirinya sendiri. Yang ketika pekerjaannya semakin besar, dan melibatkan orang lain, maka turut terpimpinlah orang lain itu. Namun tetap saja, muaranya adalah terpimpinnya dirinya sendiri.

Menariknya lagi, silakan nama-nama orang yang Anda anggap pemimpin besar. Lalu ceritakan pada saya kisahnya. Adakah ia ujug-ujug memimpin orang lain? Ataukah ia memulai dari inisiatif-inisiatif pribadi yang kecil, lalu secara bertahap hingga melibatkan banyak orang?

Hmm..rasanya tidak perlu lah kita bahas lagi jawabannya ya.

Demikianlah, semakin terang bahwa untuk menjadi seorang pemimpin tidak perlu menunggu hingga ada banyak orang yang memberi kita amanah. Bahkan, kami cenderung untuk tidak berharap diberi amanat. Sebab jika kita berharap, apalagi hingga meminta, besar kemungkinan kita akan ditagih. Sedang jika kita diamanahi, dukungan lah yang akan hadir.

Memimpinlah dari sekarang. Dari apa yang kita lakukan. Dari apa yang menjadi tanggung jawab kita. Jalankan empat perilaku kepemimpinan untuk diri kita sendiri, untuk kehidupan kita sendiri.

Caranya?

Kita bahas satu per satu di artikel-artikel berikutnya ya.

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *