“Air tak kan tertampung pada gelas yang penuh, begitupun hikmah tak kan meresap pada pikiran yang jenuh.”
Tuangkanlah air pada gelas yang penuh, ia kan tertumpah sia-sia, dengan hanya sedikit saja yang tersisa masuk ke dalamnya. Gelas haluslah kosong, agar air baru masuk dengan leluasa menggantikan yang lama.
Demikianlah perumpamaan hikmah dalam jutaan episode
kehidupan. Tak sedetik pun terlewat, kecuali sejatinya Tuhan telah sisipkan ilmu di dalamnya. Sungguh bukan hikmah yang tak tersedia, melainkan pikir dan hati yang penuh dengan kesibukan, hingga ia tercecer sia-sia.
Adalah hikmah, yang merupakan tanda dari menetapnya sebuah ilmu dalam hati. Sebelum ada hikmah, ilmu hanyalah serupa serbuk yang belum menyatu dengan diri. Kala hadir hikmah, ilmu pun menjelma bagian diri yang tak terpisah lagi.
Meraih hikmah, adalah puncak dari tangga pembelajaran. Tanpanya kita hanya ada di beranda. Mungkin banyak ilmu, tapi tak menjelma gerak laku. Dan adakah manfaat ilmu jika tak mewujud dalam lelaku?
Maka kosongkanlah kejenuhan pikiranmu, wahai diri, agar hikmah mudah hadir dalam jiwamu. Jangan khawatirkan tampak bodoh di hadapan insan, sebab toh memang demikianlah adanya. Pasrahkan lah dirimu di hadapan para berilmu, meski mereka ajarkan apa yang terasa sudah kau tahu. Sebab selalu ada beda, pada setiap yang sama. Sebab tiada sesuatu dikuasai, selain melalui pengulangan yang memeras keringat tubuh ini.