“Berkaryalah, sebab karya itu akan menemukan nasibnya sendiri.”
~ Andrea Hirata
Adalah Andrea Hirata, yang beberapa tahun lalu aku tak mengenalnya. Lalu sebuah karyanya menghampiriki, dan nyaris membuatku tak bisa berpaling ke lain hati setiap kali ditanya siapa penulis favoritku. Pasti kusebut namanya. Keorisinilan gaya bertutur, caranya mengaduk perut dengan menertawakan ironi, barulah sedikit hal yang bisa kuungkap soal alasan cintaku pada karyanya.
Lama ku ingin bersua, terwujudlah keinginanku di awal tahun baru ini. Berkunjung ke Belitong, segera kami diajak menikmati replika Sekolah Laskar Pelangi di wilayah Gantong. Tak lama disana, kami pun merapat ke Museum Kata Andrea Hirata. Nah, di sinilah aku ingin berkisah sesuatu.
Siang itu, kami baru saja selesai makan. Sajian khas Belitong yang menggoda selera, dengan penyajian yang unik, kiranya membuat mata bersiap-siap meredup. Hampir ia terpejam jika tak mendengar berita, “Eh, ayo foto sama Andrea di belakang!”
Hah!! Bener nih?? Andrea benar-benar hadir?
Ya, museum ini memang baru 3 bulan berdiri. Mungkin dirancang sebagai tempat persinggahan sesiapa yang berminat pada kata, setelah karya “Laskar Pelangi” diterjemahkan begitu luas di puluhan bahasa kini. Di awal tahun ini pun ia sudah bisa dijumpai di toko buku semacam Amazon dan Barnes and Nobble. Maka menyediakan sebuah museum memang pilihan tepat, hingga pun kala orang berkunjung tak mendapati si empunya rumah, tetaplah banyak hal yang bisa disimak di dalamnya.
Dan, benar. Aku duduk di harapan penulis favoritku. Ia bergurau, bersiap memainkan gitar, dan melayani tanya jawab. Lalu tibalah pada satu pertanyaan yang entah aku lupa apa kalimatnya, dan ia menjawab, “Berkaryalah, sebab karya itu akan menemukan nasibnya sendiri.”
Lalu hening. Hening dalam hati dan pikirku, memahami rimbunan makna yang berjatuhan tanpa mampu kubendung.
Andrea berkisah akan lahirnya Laskar Pelangi. Sebuah karya yang sejatinya hanya ingin ia persembahkan pada sang guru, Ibu Muslimah, sepulang dari menjadi relawan di Aceh. Penyaksiannya atas banyak murid kehilangan guru, menghadirkan rindu yang membara hingga tanpa sadar ratusan lembar telah ia tulis. Tak pernah sedetik pun ia berpikir karya itu akan diterbitkan, apalagi besar. Orang lain lah yang menjadikan karya perdananya ini ‘hilang’, berganti surat dari penerbit menyatakan bahwa ia siap diterbitkan.
Dan sisanya? Laskar Pelangi pun menemukan nasibnya sendiri. Ia menjadi karya yang melanglang buana, menginspirasi banyak orang tentang makna sejati pendidikan. Hingga ketika ia menjelma sebuah film, dan menampakkan wajah asli keindahan alam Belitong, tak butuh waktu lama untuk mengubah daerah yang dulu sepi itu menjadi tujuan wisata bertajuk “Negeri Laskar Pelangi”.
Seorang Andrea Hirata memang tak pernah menyangka, dan tak mampu membendung kebesaran nasib karyanya ini. Tak hanya namanya, sebuah pulau menjadi bagian dari nasib itu.
“Berkaryalah, sebab karya itu akan menemukan nasibnya sendiri.”
Urusanmu bukanlah tentang apa yang akan terjadi dengan karyamu. Urusanmu adalah mengupayakan kesungguhan jiwamu tuk melahirkan karya itu.
Kata-katanya mantep!
Eh, ada Pak Bukik. Suwun sudi mampir…
Lha, mana sesi pemotretan dg Andre Heratanya, kok nggak ikutan ditampilkan ?
Ada… Nanti yo…
Pak Ted, top banget, aku mendegar kisah yang sama seperti tulisan diatas saat mendengarkan radio SMART FM, akhir tahun kemarin, setelah selesai dengan Avan Pradiansyah siaran Smart Happiness, dan persis quote dan ceritanya sama seperti yang pak Ted tulis, dia bilang saat itu diwawancarai pertama kali di radio, trus dia juga bilang quote itu, dan sama membikin saya juga berpikir, dan berusaha keras…Ayoooo ciptakan karyamu sendiri, buruaaann *semoga jadi cambuk bagi saya juga, TFS pak*
Moga manfaat ya…
Nice sharing … Memotivasi utk terus berkarya. Makasih banyak pak teddi 🙂
Ayo Bu, ditunggu karyanya…
Mas Teddy.. Andrea Hirata, Iwan Setiawan, Agustinus Wibowo.. Tiga penulis favorit saya..
Dan beberapa minggu yang lalu saya tidak menyangka sebuah mimpi jadi nyata, mengunjungi Negeri Laskar Pelangi.. Sayang, saya gak bisa berjumpa dengan Andrea Hirata. Tapi sumpah, Museum Kata Andrea Hirata KEREEEEEN!!!