“Siapa yang mengenal dirinya, akan mengenal Tuhannya.”
Terkejut aku kala mengetahui bahwa kalimat ini, yang sekian kali kudengar adalah hadits, kiranya bukanlah ucapan Nabi saw. Kitab Madarijus Salikin karya Syaikh Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengungkap bahwa ia adalah ucapan Yahya bin Mu’az. Meskipun, tak bisa dipungkiri bahwa ia adalah kalimat baik yang bermakna dalam.
“Siapa yang mengenal dirinya, akan mengenal Tuhannya.”
Sebab diri ini lemah, maka kita sadar bahwa Tuhan kuat. Sebab diri ini bodoh, maka kita insyafi bahwa Dia penguasa ilmu. Sebab diri ini tak berdaya, maka kita yakini bahwa Dia Maha Kuasa. Demikian pula diri ini hina, sebab Dia lah Yang Maha Mulia.
“Siapa yang mengenal dirinya, akan mengenal Tuhannya.”
Tengoklah ke dalam, pada keluarbiasaan yang kau miliki. Tubuhmu, pikiranmu, perasaanmu, bukankah semuanya mengagumkan? Adakah makhluk serupamu yang mampu menciptakan dirimu? Sebab tidak, maka pahamlah diri ini akan keluarbiasaan Dia Sang Pencipta. Ciptaan yang kecil ini saja sudah begitu mengagumkan, apa tah lagi Penciptanya?
“Siapa yang mengenal dirinya, akan mengenal Tuhannya.”
Sadarilah, wahai diri, sebagaimana kau tak mengenal dirimu, kau takkan mengenal Tuhanmu. Maka selidikilah dirimu, sedikit saja, kau kan temukan jejak-jejak cahaya Tuhan meski barang setitik. Yang setitik itu pun, terjadi sebab tertutupi oleh kelamnya keburukan dalam catatan sejarah hidupmu.
Kenalilah dirimu, wahai diri, untuk memahami kefakiranmu, kebodohanmu, kelemahanmu di hadapanNya. Menariknya, dalam kehinaan yang kau rasakan itu, terdapat kemerdekaan yang tak terhingga kan segera terasa. Sebab kau menyerahkan hidupmu pada Dia Yang Maha Menguasai. Bukan pada mereka yang serupa denganmu.