“Cinta dibangun dengan tanggung jawab, diindahkan oleh perhatian, dikayakan oleh pemahaman, dikokohkan dengan penghormatan.”
Cinta bukanlah sekedar perasaan. Memang ada rasa dalam cinta, namun mengandalkan rasa semata hanya akan menjadikan jalinan cinta demikian rapuh.
Bangunan awal cinta adalah tanggung jawab. Bukan cinta sejati jika tak berdasar tanggung jawab. Sebab pecinta sejati, mendahulukan kekasih daripada dirinya. Maka berhati-hatilah dengan kata cinta, yang ternyata hanyalah balutan atas nafsu. Keduanya berbeda, jauh berbeda.
Namun tanggung jawab semata pun jadikan cinta kering belaka. Disebut cinta kala dalam tanggung jawab terkandung perhatian pada nan dicintai. Keinginan tuk terus menelisik apa nan dibutuhkan tuk berusaha dipenuhi. Dalam cinta, pemberian, bukan permintaan, adalah kegiatan utama. Dan sebaik-baik pemberian adalah yang sesuai kebutuhan.
Kala bangunan cinta kokoh dan indah, ia menjadi kaya oleh pemahaman. Pemahaman adalah langkah lebih dalam dari perhatian. Jika perhatian banyak menggunakan pikiran, pemahaman menelisik ke dalam perasaan. Pada apa-apa nan tak terucap. Pemahaman adalah jembatan ketersambungan jiwa.
Dan pada akhirnya, cinta kokoh sebab penghormatan. Dalam pemahaman, para pecinta menyadari bahwa tiap insan saling melengkapi. Satu membutuhkan yang lain, yang lain membutuhkan satu. Kelebihan diri adalah pengisi kekurangan orang lain. Kekurangan diri adalah ruang bagi kelebihan orang lain. Pada titik ini lah, para pecinta merindu dan mencinta dengan penuh penghormatan. Dengan berbekal rasa penghargaan yang tinggi bahwa kita semua menjalankan tugas penciptaan. Sirnalah rasa membutuhkan, ataupun dibutuhkan. Sebab pekerjaan besar menunggu di hadapan.
Menginspirasi sekali Pak buat saya yang masih “awam”, hehehe… Salam