Mind into Muscle: Dari Misi Menjadi Aksi

Misi dan Tujuan telah dimiliki, bagaimana menjadikannya nyata?

Inilah tantangannya. Sebab bermimpi itu enak, maka ada banyak orang yang berhenti disitu, dan merasa bahwa segalanya telah dimiliki. Padahal adalah hak sebuah impian, untuk diwujudkan. Jika kita telah berani bermimpi, kita mesti sungguh-sungguh mewujudkannya. Atau kalau tidak, impian itu akan menghantui masa depan kita, menuntut haknya. Eh, kok jadi ngeri. Hehehe…

Tapi ada benarnya lho. Orang yang berani bermimpi, namun tidak sungguh-sungguh, akhirnya tak mendapatkan hasil apapun. Dan karena tidak mendapat hasil, ia jadi putus asa kala melihat kembali mimpinya. Dan bahayanya, ia bisa menjadi lebih putus asa dari sebelum punya mimpi. Lebih bahayanya lagi kalau ia lalu ‘meracuni’ orang lain, “Udah lah. Nggak usah mimpi tinggi-tinggi. Nanti sakit kalau jatuh.”

Wah. Semoga kita hindarkan diri dari menjadi orang yang sedemikian.

Mimpi itu enak, dan memang mesti dibuat dalam kondisi yang nyaman, agar kita bisa keluar dari sekat-sekat masa lalu yang telah terlanjut kita miliki. Dengan keluar dari sekat-sekat itu, kita bisa melihat apa yang belum terpikirkan, belum terbayang, belum terdengar, dan belum terasa. Menjadi kita yang mungkin, bukan menjadi kita yang kemarin.

Nah, tapi kalau sudah urusan eksekusi, urusan aksi, kita memang perlu berada dalam mode of thinking yang berbeda. Kondisi nyaman, santai, rileks sudah tak cocok lagi. Kondisi aksi adalah kondisi managed stress. Tegangan yang terkelola, terkendalikan. Tidak santai, sehingga kita tak bergerak. Tidak juga terlalu tegang, sehingga cemas dan gerakan kita tak terkendali. Kita perlu stres, perlu tegang, perlu cemas, agar keluarlah segenap energi, sepenuh potensi. Kita perlu menatap dalam-dalam kesenjangan antara kondisi yang kita inginkan (misi, tujuan) dengan kondisi saat ini, sehingga terdorong lah diri untuk maju menggapainya.

State serupa inilah yang perlu kita akses untuk melakukan aksi.

OK, kita sudah punya misi. Kita juga sudah punya tujuan yang ingin dicapai demi memenuhi misi tersebut. Bagaimana caranya menjadikannya aksi?

Pertama, sembari memikirkan tujuan itu, “Apa saja perilaku-perilaku nyata yang perlu saya lakukan untuk mencapainya? Perilaku-perilaku yang kalau secara konsisten saya kerjakan maka saya perkirakan akan mengantarkan saya mencapainya?”

Misalnya, untuk menulis 2 buku dalam setahun, saya menetapkan bahwa saya perlu menulis 30 menit setiap hari, dengan panjang minimal jadi 1 halaman. Melalui perilaku ini, saya perkirakan akan memiliki 365 halaman setahun. Jumlah ini cukup untuk dijadikan 2 buah buku.

Sudah? Selanjutnya…

Kedua,  sambil tetap memikirkan tujuan Anda, pikirkan pula diri Anda, mengerjakan perilaku ini. Sepenuhnya. Sepenuh penghayatan. Rasakan Anda SEDANG mengerjakannya, sekarang. Apa yang tampak dalam pikiran, buat ia menjadi lebih nyata. Apa yang terdengar, buat ia lebih stereo. Apa yang terasa, tingkatkan intensitasnya. Rasakan apa yang Anda rasakan, lalu buat ia menyebar ke seluruh tubuh, ke setiap sel dalam tubuh Anda.

Sembari Anda menikmati mengerjakan perilaku ini, apa keyakinan yang Anda butuhkan untuk menjadikannya otomatis?

Izinkan diri Anda untuk menghayati keyakinan itu, sehingga ia kokoh menyatu, menaungi perilaku Anda.

Lalu, sembari Anda terus menikmati perilaku ini, bagaimana kah Anda mesti memandang diri Anda, sehingga dapat dengan mudah menjalankannya? Siapa kah Anda, yang mampu mengerjakan perilaku ini dengan penuh kesungguhan?

Izinkan pula diri Anda untuk menghayati identitas diri Anda yang baru ini, sehingga ia teguh menjaga keseluruhan perilaku dan keyakinan Anda.

Saat Anda melakukan ini, sekarang, adakah yang menghalangi Anda melakukannya dengan mudah, ringan, dan sepenuh hati? Jika ada, kenali apa itu, dan izinkan diri Anda untuk melepaskannya. Pikirkan tujuan akhir Anda, bahwa Anda sedang mengerjakan ini untuk mencapai tujuan itu. Bahwa konsistennya perilaku ini, berarti semakin dekatnya Anda pada tujuan itu.

Nikmati, hayati. Biarkan tubuh dan pikiran Anda mempelajari perilaku ini, sekarang, dan menjadikannya bagian dari diri Anda. Selaras dengan kehidupan Anda. Menyatu dan serasi, sehingga Anda akan dengan mudah mengerjakannya, bahkan ketika ada hal-hal lain yang mengganggu.

Sudah? Bagus.

Ketiga, setelah Anda melakukan internalisasi perilaku baru ini, apa langkah nyata yang segera akan Anda lakukan untuk mencapai tujuan Anda? Kapan? Dimana? Dengan siapa? Apa yang Anda butuhkan? Apa yang mungkin menghalangi, dan bagaimana Anda akan mengantisipasinya?

Kembali pada WFO yang telah Anda susun. Lalu jalankan. Dan lihat hasilnya.

Nah, sampai di sini, Anda sudah memiliki seluruh pengetahuan yang Anda butuhkan untuk mencapai tujuan dan misi Anda. Tugas saya selesai. Yang belum selesai Anda tugas Anda. Sebab Anda sekarang sudah mendapat ilmu, maka ia wajib diamalkan. Karena hak dari sebuah ilmu adalah diamalkan. Hehehe…

Omong-omong, lebih mudah jika Anda melakukan proses ini berdua atau bertiga dengan rekan, sehingga satu sama lain dapat saling memfasilitasi. Jika Anda membutuhkan rekan dan sobat belajar yang bisa membantu secara intensif, silakan mampir ke rumah virtual kami untuk mengetahui keputusan apa yang bisa Anda ambil.

Selamat praktik!

Spread the love

2 thoughts on “Mind into Muscle: Dari Misi Menjadi Aksi

  1. Salam, Mas Teddi,,,

    Artikelnya nambah ilmu saya. Btw, rumah virtualnya (antzinstitute.com) ada masalah kah? Karena pengen lanjutin belajarnya.

    Terima kasih.

    1. Terima kasih sudah mampir..

      Ooo.. memang sudah saya tutup.. karena akan pindah alamat.. namun semua artikel di sana tersedia di sini juga kok..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *