“Teramat jarang jalan nan lurus selalu. Pastilah ia mengandung liku. Maka kala membelok, kembali luruslah dengan menggebu.”
Dunia diciptakan dengan pasangan. Jika kita inginkan di atas, pastikan kita rela tuk pada waktunya berada di bawah. Sebab tak ada yang di atas, melainkan pasti ada yang di bawah. Begitu pun sulit kita mendaki, jika tak memulai dari landasan.
Teramat jarang jalan nan lurus selalu.
Ada, namun jarang. Maka adanya, bisa jadi merupakan kebetulan, yang tak layak tuk terus-menerus diharapkan. Adanya adalah karunia, namun bukan tuk ditunggu-tunggu sedang kita membuang waktu.
Pastilah ia mengandung liku.
Inilah yang lebih banyak ditemui. Jalan yang memiliki kelokan, sehingga mengajak diri tuk mengikuti, jika tak ingin menabrak dinding. Namun tak perlu khawatir, sebab kelokan pun hanya sementara. Ah, apa kah yang tak sementara jika masih ada di dunia?
Maka kala membelok, kembali lurus lah dengan menggebu.
Bagi seorang pengendara, membelok adalah niscaya. Namun ia tak lama, sebelum perlu meluruskan stirnya kembali. Apa yang kan terjadi kala ia membelok berlama-lama? Sudah tentu kecelakaan! Nyatanya, seorang pengendara teramat jarang membelok terlalu lama. Jauh lebih banyak ia segera meluruskannya hingga sampai tujuan. Sebab di ujung jalan lurus lah kita menuju.
Jalan lurus, adalah jarak terdekat antara dua tempat. Kelokan hanyalah sementara. Kembali lurus lah dengan menggebu.