“Beri masukan, bukan hujatan. Niatkan tuk perbaikan, lakukan dengan kesantunan.”
Insan mungkin tak senang dikritik. Namun mereka senang kala dibantu tuk mencapai tujuannya. Maka seni mengingatkan adalah dengan niat tuk mencapai tujuan, bukan semata menguraikan kekurangan, apalagi sekedar mengumbar hujatan.
Kala mencermati kekurangan, niatkanlah tuk menjadi bagian dari perbaikan. Tandai apa lelaku yang tak sesuai tujuan, berikan masukan, berbalut kesantunan.
Ya, kesantunan adalah senjata ampuh tuk mendapatkan hati. Hingga tiap masukan yang diberikan, kan meresap ke dalamnya, bukan sekedar tersimpan di kepala. Sebab perubahan, baru terjadi kala pengetahuan tertanam menjadi pemahaman. Dan pemahaman, adalah urusan hati.
“Dapatkan hati, kau kan dapatkan segalanya,” ujar nasihat bijak para guru nan berilmu.
Sebab tak memberikan masukan, acapkali berarti utang yang belum kita lunasi. Kekurangan itu tampak di depan kita bukan kebetulan. Sudah dalam pengaturanNya kita melihat itu, dan menandainya. Maka sampaikanlah dengan kasih sayang. Tahan lidah dari meluncurnya hujatan, meski manusiawi kala hati yang memang mudah berbolak-balik berkehendak demikian.
Katakan padanya, “Aku peduli padamu, sudikah kau mendengarkan?” Kesantunan lah kunci, hingga niatan baik ini tak mubadzir. Lalu ungkapkan apa nan tak sesuai, lanjutkan dengan apa yang bisa disesuaikan. Sebab tak satu pun insan terlepas dari kekurangan. Maka proses perbaikan, adalah membentuk kebiasaan satu demi satu, tahap demi tahap, langkah demi langkah.