“Pertumbuhan, terjadi kala diri sibuk melucuti keakuan.”
Kita lahir tanpa mengenal diri. Lalu mendewasa dengan keyakinan akan apa nan bisa kita lakukan. Lalu terbitlah keakukan, seiring terkumpulkannya keberhasilan. Selayaknya segala nan berlebihan selalu kehilangan manfaat, begitu pun keakuan, yang perlahan surut maknanya setiap kali ia melewati batas.
Pada keakuan, terdapat kemandirian. Namun diciptakannya insan bukanlah tuk berdiri sendiri-sendiri. Sekian banyak manusia hadir di bumi tuk sama-sama memakmurkannya. Takkan pernah lahir seseorang yang mampu menghadirkan sebesar-besar manfaat sendirian. Manfaat sejati justru hadir kala keakuan perlahan dilucuti, hingga diri sanggup berkolaborasi. Melepaskan keinginan tuk tampak, menjadi kebutuhan tuk menopang kehidupan bersama-sama.
Dan di titik inilah, perjuangan besar dimulai. Setelah bertahun-tahun membangun keberhasilan diri, kita berlatih, setahap demi setahap, tuk melahirkan keberhasilan bersama. Sebab tiap diri unik, dilahirkan tuk menempati sebuah potongan nan tak tergantikan. Namun potongan-potongan barulah kan membentuk gambar indah kala bertemu dengan potongan lain.
Jadilah diri ini tumbuh, sebab menjadi bagian yang lebih besar dari dirinya sendiri. ‘Ditarik’ oleh megahnya keutuhan, kita meninggi, menjulang, tanpa batasan pasti. Sebab kita menyendiri, dan menjadi bagian pada saat yang sama. Kita utuh sebagai diri, sekaligus pula menjadi penopang keutuhan bersama. Inilah titik kebahagiaan sejati, sebab inilah jalan kita tuk menyelesaikan tugas penciptaan.