Ilmu adalah cahaya. Demikian sebuah nasihat. Mulanya, kuanggap ia sebuah metafora. Namun kiranya, ia kenyataan belaka.
Ilmu adalah cahaya. Sebab kala tak berilmu, pikiran memang gelap. Coba saja pikirkan sebuah aktivitas yang diri ini tak punya ilmu sedikit pun tentangnya. Apa yang muncul dalam benak? Gelap, bukan? Sisi lain, pikirkan sebuah kegiatan yang diri ini ahlinya, bertahun-tahun menekuninya. Apa yang muncul dalam benak? Bukankah terang benderang, jelas langkah demi langkahnya?
Ilmu adalah cahaya, maka ia bisa saja tertutupi. Persis serupa ruangan yang gelap sebab tertutup jendela dan pintunya. Meski cahaya terus menerpa, ruang di dalamnya tak terang juga.
Demikianlah pikiran dan hati. Ilmu takkan sanggup menyinari, kecuali keduanya kita buka selebar-lebarnya. Kita singkirkan jendela dan pintu yang menghalangi. Agar cerah pikir dan hati ini.
Maka belajar, sejatinya bermula dari sini. Dari kesungguhan untuk membuka pikiran dan hati, agar siap menerima cahaya. Guru, sekolah, buku-buku, hanyalah sarana, hanyalah alat masuknya cahaya. Tiap guru, layaknya manusia, memiliki keunikan. Tiap guru, memiliki caranya sendiri tuk mengajari. Memang, kita berharap guru yang sempurna, namun kesempurnaan itu hanyalah milik Sang Pemilik Cahaya. Menghormati guru, dengan segala keterbatasannya, adalah keniscayaan sebab kita demikian rindu bertemu cahaya. Bukankah kita biasa memuliakan penyampai pesan yang diutus oleh sang pemberi pesan?
Ta’dib, sebelum ta’lim. Beradab, sebelum berilmu. Sebab adab lah yang jadikan diri ini mudah memahami, menjalankan, dan membagikan kembali ilmu. Adab lah, yang kan menjadikan pikiran dan hati terbuka, seperti apapun rupa dan cara sang guru. Sebab, sekali lagi, guru hanyalah penyampai cahaya. Tanpa kehadirannya, kita kan tetap gelap gulita.
Adab belajar, adalah penyelamat ilmu, cahaya yang datang. Tanpa adab, nafsu kita kan cenderung pilih-pilih. Tak semua ilmu—meski bermanfaat—menyenangkan dalam mempelajarinya. Adab lah yang kan menjaga nafsu tetap jinak, tekun belajar meski perlu pengorbanan. Sebab pengorbanan itu, ibarat membersihkan ruangan kosong penuh debu, hingga bersih, dan layak ditinggali oleh cahaya.
Adab belajar, kan jadikan diri ini teguh memburu ilmu, dari siapapun ia berasal. Sebab ilmu adalah cahaya, obat kerinduan sebelum akhirnya tiba.