Ingatlah Kebaikan

“Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu.” (Al Baqarah: 237)

Konteks utuh ayat ini adalah nasihat bagi orang yang telah bercerai untuk tetap dapat mengingat kebaikan-kebaikan satu sama lain.

Ya, perceraian adalah sesuatu yang menyakitkan. Sebab ia serupa melepaskan ikatan nan sangat erat, bahkan kerap seperti melepaskan kulit dari daging. Tidaklah dua insan menikah sebab keduanya saling mencintai. Kebersamaan keduanya sekian lama pastilah telah menghadirkan jalinan kasih yang kokoh. Maka jika pun berbagai alasan membuat keduanya memutuskan berpisah, jelas itu bukan sesuatu yang mudah apalagi ringan.

Maka tak jarang kita dapati mantan suami-istri yang setelah menikah memiliki hubungan yang buruk. Keduanya saling curiga, bahkan mengumbar aib masing-masing. Padahal, kenyataan bahwa sekian lama pernikahan berdiri, pastilah banyak pula kebaikan yang terlahir dari keduanya.

Di titik inilah, nasihat dalam ayat ini begitu bermakna. Yakni mengingatkan pada keduanya untuk lebih banyak mengingat kebaikan-kebaikan masing-masing, alih-alih fokus pada kekurangannya. Apatah lagi jika ada anak-anak yang harus diasuh bersama. Jiwa mereka yang terluka jangan sampai semakin parah tersebab percekcokan yang tak kunjung selesai meski perceraian telah terjadi.

Ya, tak jarang kita dapati kisah bahwa anak-anak yang orang tuanya bercerai mengalami permasalahan psikologis nan cukup serius. Maka mengumbar kekurangan mantan suami-istri mungkin memuaskan nafsu masing-masing, namun jelas menghancurkan kejiwaan anak, sebab mereka terlahir dari kebaikan keduanya.

Sisi lain, di luar konteks pernikahan, ayat ini pun berlaku untuk semua jenis hubungan sosial—kakak-adik, rekan kerja, guru-murid, tetangga, dll. Sepanjang hidup, kita pasti pernah mengalami perpisahan, baik sengaja maupun tidak, dilakukan dengan suka atau duka. Kembali, ayat ini pun berbicara pada kita tuk lebih mengutamakan mengingat kebaikan satu sama lain, meski pasti ada kekurangan. Mengingat kebaikan akan mengembalikan cinta, mengokohkan kekerabatan, menghadirkan kasih sayang.

Jika ini sulit, maka mari kita ingat nasihat Imam Syafi’i, “Orang yang merdeka adalah orang yang menjaga rasa cinta yang terjadi dalam sesaat, dan mengambil manfaat darinya walaupun hanya satu kata.”

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *