Kembalilah Selalu Pada Al Qur’an

“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk mereka yang bertakwa.” (Al Baqarah: 2)

“Inilah satu-satunya kitab,” ujar seorang guru, “yang paling meyakinkan di dunia, paling percaya diri.”

Ya, bagaimana tidak? Silakan cermati segala kitab yang pernah terbit, yang ditulis oleh manusia, niscaya kita takkan menemui kalimat seperti ayat ini. Tak satu pun penulis di dunia ini berani mengklaim bahwa karya tulisnya bebas dari kesalahan, bersih dari hal yang meragukan. Setiap penulis, justru kerap menuliskan permohonan maklum pada pembaca bahwa karyanya pasti mengandung kekurangan. Setiap penulis yang sekaligus peneliti, bahkan wajib menuliskan di bagian akhir tulisannya, berbagai ruang perbaikan bagi penelitian selanjutnya.

Maka jelas kitab ini, Al Qur’an ini, bukanlah karya manusia. Sebab tak ada satu pun insan yang berani mengatakan karyanya sempurna. Dan kitab ini, di awal sebuah surat yang paling panjang, berani mengatakan, “tak ada keraguan padanya.” Dan ia pun bukan kitab sembarang kitab. Ia lah kitab yang diperuntukkan sebagai petunjuk bagi golongan insan yang paling sempurna. Insan yang disebut bertakwa. Yakni mereka yang hidupnya hanya menjalani dua: menjalankan perintah, menjauhi larangan.

Insan bertakwa adalah insan nan utuh dan kokoh. Ia tak tergoyahkan oleh godaan remeh nan sementara bernama dunia. Ia jadikan dunia dalam genggamannya, dalam pengaturannya, bukan dalam hatinya. Sebab ia meyakini ada yang lebih kekal dan membahana, meski masih gaib adanya.

Hanya insan seperti ini lah yang mampu menjadikan Al Qur’an sebagai petunjuk. Dalam takwa, diri ini mampu melihat pesan-pesan Ilahi yang tersembunyi dalam setiap huruf. Kerinduan akan keabadian jadikan setiap kata begitu bermakna, membiarkannya menyelusup dalam kalbu. Jadilah insan takwa, orang yang menganggap Al Qur’an layaknya surat cinta, lalu dibaca berulang-ulang, dijadikan pegangan, dijadikan tempat kembali.

Ya, pada Al Qur’an lah kita hendaknya selalu kembali merujuk. Padanya lah tersimpan segala petunjuk. Di dalamnya lah tersisip cahaya.

Dalam susah, apa kata Al Qur’an?

Dalam senang, apa kata Al Qur’an?

Dalam gundah, apa kata Al Qur’an?

Dalam tawa, apa kata Al Qur’an?

Duhai, betapa tidak diri ini selalu kembali, sedang telah dinyatakan ‘tiada keraguan padanya’? Jaminan apa kah yang lebih baik dari ini?

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *