Banyak Ketekunan, Belum Kebaikan

“Kulihat ketekunan, namun belum lagi nampak kebaikan.”

“Saya melihat banyak penuntut ilmu pada zaman ini tekun dalam belajar,” tulis Syaikh Az Zarnuji dalam pembukaan kita beliau nan ternama, Ta’lim Muta’allim, “tapi tak berhasil menggapai manfaat dan buahnya—yaitu aplikasi ilmu dan pengembangannya. Sebab mereka salah jalan dan mengabaikan persyaratan.”

Sungguh tak kurang banyak kita lihat insan nan tekun di zaman ini. Di zaman informasi tak saja bertebaran, mendapat ilmu memang semudah menjentikkan jari. Cukup lah menyalakan satu perangkat, dan segenap ilmu pun tersedia dalam genggaman. Maka jamak kita lihat anak kecil menjadi lebih pintar dari orang dewasa.

Namun di sisi yang lain, ilmu yang sejatinya berbuah kebaikan, keluhuran, kemuliaan lelaku, justru makin tergerus di era ini. Betapa mudah kita dapati insan bertitel tinggi, lulusan luar negeri, namun kehilangan jati diri, tak kuasa menampakkan bahkan tata krama nan sederhana. Fasih berbahasa asing, namun gagap bertutur santun. Sanggup menghitung cepat harta, tapi sulit menghitung aib-aib dalam diri.

Kulihat ketekunan, namun belum lagi nampak kebaikan.

Rupanya apa nan banyak bertebaran itu, tak segera dapat diterjemahkan dalam laku. Sebab apa yang ditahu, berhenti di kepala, masih lah jauh ke hati. Padahal apa-apa nan telah sampai di hati, kan menggerakkan diri.

Maka merenungi nasihat pembuka Syaikh Az Zarnuji, perlu lah kita menengok kembali jalan ilmu nan dilalui. Adakah ia telah melenceng dari seharusnya? Adakah ia tak lagi pada jalur yang sebenarnya? Adakah diri ini abai pada syarat-syaratnya?

Ilmu adalah cahaya. Dan takkan hadir manfaat cahaya, jika kita masih menutup mata.

Spread the love

1 thought on “Banyak Ketekunan, Belum Kebaikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *