Beruntunglah yang Menyucikan Jiwa

Sesuatu jadi bersih itu sebab rajin dibersihkan. Maka sesuatu yang kusam, pastilah jarang dibersihkan. 

Jiwa kita?

Saya teringat beberapa kali pengalaman sehabis pulang kampung pasca lebaran. Lantai rumah yang ditinggal seminggu, biasanya tak bisa segera licin kembali dengan sekali sapu dan pel. Perlu beberapa kali membersihkan, hingga akhirnya lantai berkilau sejernih biasanya.

Sungguh berbeda dengan kondisi sehari-hari. Lantai yang tiap hari disapu dan dipel hanya memerlukan satu putaran proses saja untuk bisa kinclong seperti sedia kala. Kejadian serupa ini, saya dapati, tak hanya terjadi untuk urusan lantai saja. Segala hal yang rajin dibersihkan, akan terjaga kejernihannya. Mulai dari kaca, gelas, piring, cermin, hingga bodi kendaraan. Sedang mobil yang jarang dicuci, meski baru saja dikirim tuk dibersihkan di bengkel cuci mobil, akan menampakkan cat yang kusam.

Demikianlah pula pada jiwa ini. Jiwa yang rajin dibersihkan, disucikan dari ketergantungan pada segala yang fana, adalah jiwa-jiwa yang jernih. Menjelma lah ia menjadi lelaku mulia yang menggetarkan hati tiap diri yang menemuinya. Sedang jiwa-jiwa yang jarang dibersihkan, kan penuh dengan sisa-sisa debu yang menjadikan cahayanya meredup. Jadilah ia melahirkan lelaku nan buruk, yang tak mengundang simpati tiap diri yang mendapatinya.

Maka perhatikanlah, wahai diri, jenis yang mana kah jiwa kita. Jika kemuliaan yang banyak lahir daripadanya, istiqamah lah. Jika keburukan yang banyak ditampakkannya, bertaubat lah.

Sungguh beruntunglah insan yang menyucikan jiwanya. Sungguh merugilah insan yang mengotorinya.

Perjalanan ini demikian jauh lagi penuh liku. Pada jiwa yang jernih tersedia cahaya penerang. Pada jiwa yang keruh seolah gelap gulita. Jiwa nan jernih mengalahkan segala jelita. Jiwa nan keruh tersesat dan menyesatkan.

Spread the love

1 thought on “Beruntunglah yang Menyucikan Jiwa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *