Satu pagi kusadari, bahwa perbedaan hari yang indah dan biasa saja—bahkan buruk—sebenarnya tak banyak. Ia sedikit saja. Melakukan yang sedikit, tapi rutin, adalah kunci keindahan.
Bangun pagi, ujian dimulai. Mata mengantuk. Tubuh lelah. Berikut beragam alasan yang melatarbelakangi keduanya. Sedikit saja kuizinkan mata tuk menutup lagi, sungguh kan berbeda kala kukuatkan hati tuk bangun, berdiri, dan memulai hari.
Shalat subuh, tersebab ia kewajiban, telah bisa kulakukan sesuai aturan. Namun begitu usai, ujian kedua datang. Masih urusan lelah, kini ia berbisik agar kulanjutkan tidur tambahan yang tertunda tadi. Sedikit saja kubiarkan tubuhku rebah, maka akan jauh berbeda dengan ketika kuazzamkan diri membuka mushaf dan merenungi kitab suci. Tak banyak, 3 lembar saja, berikut artinya. Yang dalam 3-4 hari ternyata bisa membuatku menyelesaikani satu juz. Dan dalam 3 bulan saja khatam lah. Itu artinya setahun 4 kali khatam.
Modalnya? Hanya 15-20 menit tiap hari. Namun mesti ambil keputusan usai shalat subuh. Dan apa yang kudapat jika dalam kurun waktu itu kupuaskan nafsuku tuk tidur kembali? Bukan, bukan kesegaran tubuh. Sebab tubuh tak pula bertambah kuat dengan menambah tidur.
Selesai urusan kitab suci, ujian lain datang jua. Ini hari libur. Aku memiliki hak tuk bersantai lebih banyak. Sekali lagi, ada pembenaran bahwa tidur dan bersantai itu jauh lebih mengenakkan daripada aktivitas lain. Sedikit, sedikit saja kuizinkan napas ini dihela sembari bersandar, maka hasilnya akan jauh berbeda dengan ketika kuayunkan langkahku tuk keluar rumah, menggerakkan tubuh berolah raga. Tidak, tak perlu juga olah raga berat. Sebab berjalan kaki dengan sedikit tambahan tenaga selama 30 menit saja cukup untuk menyegarkan diri, dan membangkitkan energi.
Ditotal, semuanya memakan waktu kurang lebih 1 jam saja. Satu jam yang di hari libur sungguh menggoda tuk kembali tidur. Satu jam yang dalam akumulasi bertahun-tahun akan menjadi perbedaan yang benar-benar membedakan, antara diri kita yang gundah dan merana, dengan yang produktif nan bahagia.
Sedikit, sedikit saja bedanya.