Apapun hasil yang kita harapkan, akan ada 2 kemungkinan. Entah ia bersesuaian, atau tidak bersesuaian dengan suratan yang telah Allah tetapkan di Lauh Mahfuz sana. Sebab ilmu kita memang tak pernah sampai setitik air dari ilmuNya. Apa yang kita anggap baik hingga demikian diinginkan, bisa jadi buruk dalam pengaturanNya. Sebaliknya, apa yang kita anggap buruk hingga berusaha dihindari, justru amat mungkin baik dalam pengaturanNya.
Demikianlah, kita tak pernah tahu bagaimana kah suratan itu tertulis. Yang kita tahu, kita diciptakan untuk menjadi wakilNya, menjadi pengelola ciptaanNya, menjadi abdi dan petugasNya. Untuk itu Dia bekali kita dengan kemampuan mengenali nama-nama benda. Inilah pengetahuan yang merupakan cikal bakal keterampilan.
Maka memang bukanlah urusan kita terlalu banyak memikirkan hasil. Ide tentang hasil diperlukan tuk menjadi arah bagi tindakan. Namun yang kan dipertanggungjawabkan bukan hasil itu sendiri, melainkan bagaimana tiap tindakan dikerjakan.
Inilah sebabnya, ilmu yang wajib kita ketahui adalah ilmu tentang usaha, tentang cara. Cara yang tepat, dan juga benar. Cara yang memastikan kita berada di jalan insan-insan yang diberikan nikmat, bukan cara mereka yang dimurkai ataupun yang sesat.
Mengetahui cara, dan menjalankannya dengan sungguh-sungguh, adalah key performance indicator kita. Bisa jadi Dia wujudkan tujuan itu berbarengan dengan usaha, bisa juga tidak. Sebab renang waktu-Nya memang berbeda dengan rentang waktu kita. Apa yang kita pikir akan tepat jika terjadi dalam waktu singkat, bisa jadi tak tepat dalam pandanganNya. Adalah watak kita diciptakan tergesa-gesa. Padahal tiap hasil ada waktunya. Ada masanya. Sesuatu yang baik belum tentu bermanfaat jika hadir bukan pada masanya. Memberikan sepeda motor pada seorang anak yang masih di bawah umur, misalnya, bukanlah bentuk rasa sayang, melainkan penjerumusan pada marabahaya.
Maka pada keberhasilan dan kegagalan, selalu tersedia harta karun pembelajaran. Dia Maha Pengatur, mengerti betul kadar dari usaha kita. Adakah peluh nan telah dikucurkan sebanding dengan apa nan diinginkan. Pada tiap keberhasilan, kadar itu tepat adanya. Wajiblah kita mengenali, agar bisa kita gunakan kembali caranya di lain waktu. Sedang pada tiap kegagalan, kadar itu belum lah cukup tuk dipertukarkan dengan hasilnya. Perlulah kita tekun nan cermat, apa-apa saja cara yang perlu kita perbaiki di kesempatan berikutnya.
Jadilah pada tiap kegagalan, jika memang terbit duka, berdukalah seperlunya. Duka itu wajar, sebagai wujud kemanusiawian kita. Namun berjalanlah terus, sebab sejatinya hasil masih menunggu di depan.