Persahabatan adalah sebuah hubungan yang unik antarmanusia. Pertama, ia bisa hadir dalam berbagai bentuk hubungan formal lain. Suami istri, bisa menjadi layaknya sahabat ataupun tidak. Begitu pula kakak-adik. Ya, tak bisa kita pungkiri bahwa ada rumah tangga yang memang bersifat formal. Ia sah secara hukum, namun tak menyediakan kehangatan. Hanya keluarga yang menghadirkan persahabatan yang sanggup memelihara cahaya dalam hubungan.
Simpulanku sementara ini, persahabatan adalah hubungan ruhani. Ia adalah hubungan jiwa dengan jiwa yang dijalankan secara sadar atas dasar kebebasan memilih. Nah, ini keunikan yang kedua. Ya, tidak seperti hubungan keluarga yang kerap kita tak punya kendali atas siapa yang hendak jadi keluarga kita, persahabatan murni merupakan pilihan. Seseorang bisa memutuskan secara sadar untuk menjadi sahabat orang lain. Dan bisa pula dengan mudah memutuskan untuk tak lagi bersahabat dengannya. Ini menjadi alasan mengapa ada hubungan keluarga yang tak seperti sahabat. Ia masih terikat secara formal. Namun keterpautan hati adalah sesuatu yang harus diusahakan.
Maka orang yang menjadi sahabat kita, baik dalam bentuk formal atau tidak, adalah mereka yang telah memilih untuk menautkan hatinya secara sadar kepada kita. Mereka memilih untuk menyadari bahwa kita adalah manusia biasa, yang tak lepas dari kekurangan, dan memiliki sedikit kelebihan. Dan sepertinya, untuk menjadi seorang sahabat, seseorang perlu mengarahkan perhatiannya, fokusnya, pada apa yang lebih itu, meski hanya sedikit. Pada saat yang sama, ia memutuskan untuk tak terlalu banyak menengok kekurangan diri ini, dan memakluminya, atau bahkan berusaha mengisinya.
Tidakkah kau sadari, wahai diri, bahwa semua itu menghendaki usaha yang tak sedikit? Mengarahkan perhatian pada kebaikan yang sedikit, dan menutup pandangan pada kekurangan nan banyak, sungguh sebuah ikhtiar yang tak main-main. Maka simpulan keduaku, persahabatan adalah benar-benar sebuah kehormatan. Orang yang bersedia menjadi sahabat kita, adalah ia yang telah mencurahkan perhatiannya tuk lebih memilih menatap kelebihan kita yang tak seberapa itu, dan abai pada kekurangan yang melimpah. Betapa mereka telah berjuang melakukannya. Sebab jika kita tengok diri ini, dan benar-benar menyadari kekurangan yang kita miliki, adakah kita yakin ada yang sanggup menjadi sahabat kita?
Maka persahabatan, memang adalah sebuah kehormatan. Oleh sebab itu, selayaknya kita membalasnya dengan sesedikit apapun kebaikan yang kita miliki. Dedikasikan hidup kita tuk menyuguhkan apa yang sanggup kita berikan pada mereka secara langsung. Pun jika tak memungkinkan, setidaknya gerakkan hati, pikiran, dan lisan tuk mendoakan jalan kebaikan bagi mereka yang telah memilih menjadi sahabat kita. Sebab mereka memilih tuk berdiri di samping kita, padahal mereka dengan mudah menjauh dari kita.
Bersyukurlah, wahai diri, atas sahabat-sahabat yang kau miliki. Seseorang dikenal dengan siapa ia bersahabat. Kekuranganmu tak tampak, sebab kau berada di antara cahaya ketulusan mereka. Kau terhormat, karena ditopang oleh tegaknya langkah mereka.
Catatan: Tulisan ini ku persembahkan pada seluruh sahabat ku, yang telah menyediakan ruang dalam hati dan pikiran mereka untuk mendoakanku di hari ini. Bagiku, hari lahir bukanlah sebuah perayaan berkurangnya usia. Ia adalah ungkapan syukur karena kita diberikan hidup untuk mengabdi. Adanya para sahabat yang ikhlas mendoakan, semoga menjadi tanda bahwa pengabdian ini layak untuk dilanjutkan. Terima kasih telah menjadi cahaya dalam gelapnya jalan yang ku tempuh.
1 thought on “Persahabatan adalah Kehormatan”