Kata profesional berasal dari kata profesi. Menggunakan pemaknaan bebas dari bahasa Inggris, kita mungkin bisa memahami profesi sebagai pekerjaan. Sebagai kata benda, pekerjaan mengandung di dalamnya beragam aktivitas yang berada dalam satu rumpun. Pekerjaan sebagai kasir, misalnya, mencakup rangkaian aktivitas pembayaran yang tak sekedar menerima atau menyerahkan uang. Maka seorang kasir yang profesional adalah ia […]
Category: Nasihat Diri
“Kekurangan kita, sejatinya memang adalah ruang bagi yang lain tuk mengisinya.” Salah satu ciri khas utama manusia adalah ia berkekurangan. Ia lahir tak lengkap. Maka sepanjang hidupnya ia berusaha untuk bertahan hidup dengan mencari berbagai hal yang melengkapinya. Ia makan agar memiliki nutrisi yang cukup, sebab nutrisinya memang tak pernah cukup. Ia belajar agar memiliki
“Tabiat manusia adalah ingin menguasai.” Tabiat manusia adalah ingin menguasai. Salah satu indikasinya adalah saat manusia memberi nama. Sebelum sesuatu diberi nama oleh manusia, ia ada di sana begitu saja. Ia terlepas dan berjarak. Lalu manusia memberinya nama: bunga, meja, kursi, bintang, angin, dll. Bahkan hal-hal yang sejatinya tak berentitas tetap pun seolah menjadi fix
“Berharganya waktu adalah sebab ia terus bergerak maju.” Berharganya waktu adalah sebab ia terus bergerak maju. Ia tak menyisakan ruang untuk pengulangan. Apa-apa yang tampak berulang adalah ilusi semata. Berkat kecenderungan pikiran kita akan yang sama, maka setiap momen yang sejatinya berbeda seolah hadir dalam keterulangan. Karena tak terulang itu ia berharga. Lantaran ia tak
Entah apa yang istimewa dari tahun baru. Selain kalender yang berubah, banyak hal praktis sama. Kalau pun baru, ya setiap hari pun baru. Yang kita alami kini tak sama dengan kemarin. Yang kan kita alami besok pun tak sama dengan hari ini. Jadi artinya, setiap hari adalah tahun baru, karena momen perpindahan tahun itu sebenarnya
Ini malam lebaran. Dan aku ingin menulis. Aku ingin menulis, karena aku belum bisa tidur, padahal baru saja mengemudi dalam kisaran 10 jam. Ada yang menggelayut dalam pikiranku akhir-akhir ini. Kan ku tuliskan di sini biar ia jadi saksi bagi diriku dan siapapun yang berkenan menyimaknya. Sebuah peribahasa yang konon berasal dari Afrika pernah berujar,
Dekade ini adalah masa ketika istilah passion diperkenalkan dengan amat gencar. Manusia disadarkan akan potensi dirinya, lalu diajak untuk mengenali potensi itu, dan mengembangkannya. Dalam usaha yang kadang berlebihan, ide ini memicu sebagian orang untuk kemudian berani berpindah pekerjaan hanya karena alasan ‘bukan passion saya’—sementara pada saat yang sama masih kesulitan untuk menjawab pertanyaan, “Lalu
“Di balik ‘ramah pengguna’, ada ‘ramah nafsu’.” Istilah ‘ramah pengguna’ alias user friendly telah menjadi mantra bagi bisnis belakangan ini. Ia mungkin mempengaruhi lahirnya istilah lain seperti ‘ramah anak’ yang kerap disematkan pada sekolah menjadi ‘sekolah ramah anak’—istilah yang sebenarnya agak mengherankan. Ah, kita bahas lain waktu lah soal sekolah ini. Mari kembali saja ke
“Bagaimana hendak memimpin ke masa depan, sedang jalan itu tak tampak di hadapan?” Sebagaimana tak banyak guru pada sekolah formal menyadari bahwa ia adalah pemimpin, belum banyak pula para pemimpin yang menyadari bahwa ia adalah guru. Kala saya meminta para guru di sebuah sekolah untuk mengangkat telunjuk dan menunjuk pemimpin di ruangan, kebanyakan akan menunjuk
“Menjadi guru adalah menjadi pembelajar.” Saya bukan seorang guru, dalam arti profesi resmi. Posisi resmi saya di kantor—jika saya tidak salah ingat, sebab tak pernah menengok-nengok lagi kontrak 9 tahun lalu itu—adalah professional resources. Nama yang hampir tak pernah digunakan di keseharian. Orang-orang seperti saya lebih sering disebut dan menyebut diri sebagai fasilitator. Sebutan yang
Recent Comments