Beberapa tahun memfasilitasi organisasi untuk membenahi budaya mereka menguatkan kesimpulan bahwa kunci utama ada pada kepemimpinan. Jadi paham jika Edgar Schein menjuduli buku fenomenal beliau dengan Organizational Culture and Leadership. Sebab pertama-tama, pemimpin lah yang membentuk budaya, baru kemudian budaya yang akan membentuk bagaimana kepemimpinan dijalankan. Tidak mengherankan pula jika Carolyn Taylor, konsultan spesialis budaya […]
Tag: budaya organisasi
Menelusuri Leaders, karya fenomenal Warren Bennis dan Burt Nanus, paham lah kita bahwa betapa banyak pemahaman kepemimpinan yang beredar sejatinya hanyalah mitos belaka. Dan menariknya mitos adalah ia begitu melekat, hingga diyakini tanpa sadar, tanpa dipertanyakan lagi. Apa dampaknya? Tentu pada usaha kita untuk menghadirkan para pemimpin. Sebab kepemimpinan dibalut dengan sesuatu yang seolah di
“Saat kami bertanya pada 90 orang pemimpin yang kami wawancarai tentang kualitas personal yang mereka perlukan untuk menggerakkan organisasi, mereka tak pernah menyebut soal karisma, penampilan, manajemen waktu, atau hal-hal populer lain. Sebaliknya, mereka bicara soal keteguhan dan pemahaman diri, tentang kemauan untuk mengambil risiko dan menerima kesalahan, tentang komitmen, konsistensi dan tantangan. Dan di
“Pemimpin yang baik,” demikian sebuah nasihat, “mampu menghadirkan kepercayaan dari pengikut kepada dirinya. Sedang pemimpin yang hebat, mampu menghadirkan kepercayaan dari pengikut kepada diri mereka sendiri.” Tertegun saya membaca nasihat ini. Sebab apa yang selama ini saya pikirkan tentang menjadi pemimpin adalah jenis pemimpin yang baik saja. Ya, baik, tidak buruk. Namun juga belum hebat.
Social architecture, adalah istilah yang diajukan oleh Bennis dan Nanus dalam Leaders. Dan pemahaman pendek saya mengatakan ia memiliki makna yang berkaitan dengan budaya organisasi. Setelah seorang pemimpin berhasil mengajak seluruh tim untuk menyepakati sebuah visi, maka ia harus memastikan setiap langkah individu dalam organisasi berada dalam irama yang sama mencapainya. Caranya? Ya membangun arsitektur
Para Pemimpin #3: Menghadirkan Makna Melalui BudayaRead More »
“Pesawat dari maskapai X akan mendarat dengan kondisi darurat,” ujar salah seorang di bandara. Wah, kejadian yang tak saya duga, mengingat hari itu saya akan memberikan sebuah tes psikologis pada dua orang asisten manajer yang bertugas di bandara itu. Karena keduanya adalah para pejabat bandara, tentu kondisi ini bukan merupakan sesuatu yang bisa membuat mereka
Recent Comments