“Ada jauh lebih banyak rahasia, dari apa yang terucapkan.” Kata adalah simbol makna. Dan makna, lahir dari proses asosiatif yang terjadi dalam pikiran dan perasaan kita. Menariknya diri kita, tiap makna bisa berkait, hingga tak berujung. Jadilah kita dapati, sebagian insan mampu bertindak di luar dugaan, hanya demi mendengar satu kata atau satu kalimat saja. […]

“Kenikmatan di tujuan, adalah puncak dari kenikmatan di perjalanan.” “Aku selalu ingat kata mama,” ujar istriku tentang ucapan ibunya, “kalau menggoreng ayam mau dagingnya empuk itu harus pakai api kecil. Memang lebih lama, tapi rasanya lebih enak.” Ajaran ini selalu dipraktikkan istriku setiap kali memasak. Apalagi, anakku menyukainya. Ia kerap protes ketika digorengkan oleh orang

Masaklah PerlahanRead More »

“Sedikit lagi. Tambah lagi. Adalah mantra untuk meningkatkan diri.” Dulu aku kerap bingung, mengapa perubahan yang kuinginkan pada perilakuku kerap berujung pada kegagalan. Sampai ku temui kembali—sebab ia sebenarnya telah sering pula ku dengar—sebuah sabda Sang Nabi yang mengatakan, “Amalan yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinyu walaupun itu sedikit.” Seorang guru pernah

Tambah Sedikit LagiRead More »

“Tak semua orang ingin menjadi ahli. Buktinya, tak semua orang mau tekun menempa diri.” Disebut unggul, lantaran seseorang memiliki sesuatu yang berarti, yang tak dimiliki oleh orang lain. Karenanya lah keunggulan disebut juga dengan advantage, keuntungan. Dari keunggulan, insan mudah dikenali, dan mudah dipilih orang. Kenallah kita dengan Michael Porter, yang konsepnya tentang competitive advantage

Harga dari Sebuah KeunggulanRead More »

“Tak ada kata menunggu, ketika ada buku.” Menunggu itu hanya terjadi pada mereka yang tak berteman dengan buku. Sebab menunggu, yang kerap identik dengan kesan membosankan itu, adalah kekosongan aktivitas tersebab tak ada rencana untuk melakukan sesuatu di kala itu. Jika ada rencana, tentu bukan menunggu namanya. Dan biasanya, terjadi menunggu ini karena ia tak

Tak Ada Kata MenungguRead More »

“Pekerjaanmu, bukanlah dirimu. Tapi apa yang kau kerjakan, itulah dirimu.” Di era ini, yang disebut pekerjaan seolah telah dibatasi. Jika nama beberapa profesi yang kerap didengar muncul, tenanglah hati ini. Namun ketika ada pekerjaan yang tak umum, refleks saja diri ini mengernyitkan dahi. Padahal dalam khazanah linguistik, pekerjaan adalah sejenis nominalisasi. Sebuah kata benda yang

Pekerjaanmu Bukanlah DirimuRead More »

“Bekerjalah, hai keluarga Daud, untuk bersyukur kepada Allah. Sedikit sekali hamba-hambaKu yang bersyukur.” (Saba’: 13) Aku teringat ketika pada suatu waktu meminta pada ibuku untuk membelikan sebuah terjemah Al Qur’an. Itulah terjemah Al Qur’an pertama yang segera saja kubaca begitu sampai di rumah. Tak selang beberapa hari, ku dengar ibuku berbincang dengan kakakku tentang apa

Bekerja untuk BersyukurRead More »

“Kehadiran adalah bentuk kesyukuran.” Pernahkah kau bicara dengan seseorang yang tepat berada di hadapanmu, namun yang kau rasakan adalah ia tak sedang bersamamu? Sementara itu… Pernahkah kau berjarak amat jauh dengan seseorang, namun kehadirannya demikian terasa dalam jiwamu? Ya. Keberadaan tidak selalu berarti kehadiran. Ada di tempat kerja, bukan berarti hadir di tempat yang sama.

HadirRead More »

“Alihkan fokus sejenak, tuk dapatkan sesegar-segarnya pemahaman.” Ada kalanya, diri ini terlalu intens mengerjakan sesuatu, sehingga beban terasa terlalu menekan. Layaknya mesin mobil yang overheat, pikiran dan perasaan tak sanggup lagi memproses ide secara optimal, yang ketika dipaksakan, mogoklah yang terjadi. Dalam kondisi serupa itu, berhentilah. Alihkan fokus sejenak pada hal yang berbeda untuk menyegarkan

Alihkan Fokus SejenakRead More »