“Alif Lam Mim. Inilah kitab yang tak ada keraguan di dalamnya.” Demikian pembukaan surat terpanjang dalam Al Qur’an menyatakan. Sungguh terang, jelas, penuh keyakinan. Siapakah penulis di dunia ini yang sanggup menyatakan serupa ini? Para peneliti yang menulis hasil penelusuran dari fakta ke fakta puluhan tahun saja selalu menutup kajiannya dengan sub bab khusus bertajuk […]
Tag: nasihat diri
Ada sebuah kondisi menantang yang kutemukan beberapa tahun belakangan ketika memfasilitasi pembelajaran di organisasi. Tak seperti di masa sekolah ketika kegiatan utama murid memang ada belajar, pembelajaran pada orang dewasa bukanlah menu utama. Ia masuk dalam kuadran waktu kategori penting namun tidak mendesak. Ya, belajar adalah aktivitas yang diakui oleh semua orang sebagai sesuatu yang
“Ini zaman serba cepat. Yang tak cepat kan tertinggal.” Demikian ungkap banyak orang masa kini. Dan aku pun sempat setuju. Maka dalam pikiranku, banyak hal mesti dipercepat. Atau setidaknya, berusaha dipercepat. Sebab yang lambat-lambat memang tak punya tempat. Namun beberapa hari lalu, ada sebuah kalimat yang membuatku tertegun. Berasal dari seorang pakar manajemen kenamaan, Tom
Jarak terdekat antara dua titik adalah garis lurus. Wajarlah jika inilah dambaan insan yang sedang bepergian. Adanya jalan lurus selain memudahkan juga menghemat banyak sekali sumber daya. Tidak perlu banyak berpikir. Cukup lurus saja. Namun yang diidamkan memang tak selalu ada dalam kenyataan. Atau setidaknya, tak pernah benar-benar ada 100 persen. Jalan lurus seperti jalan
Ilmu adalah wujud cintaNya. Dia jadikan insan pengelola muka bumi, padahal lemah belaka sejak lahirnya. Manusia beranjak mulia tersebab ilmu yang dimilikinya. Tengoklah sejarah Adam, manusia pertama, kala dipertanyakan penciptaanya, Allah tunjukkan kekuatan berupa kemampuan menyebutkan nama-nama. Lalu seketika tunduk sujudlah malaikat yang telah jauh mengabdi lebih lama. Ketika kita perhatian akan keselamatan seseorang, kita
Tiada manusia sempurna. Bahkan ketaksempurnaan itulah sebenarnya kesempurnaan. Sebab sempurnanya manusia ialah kemampuannya tuk memperbaiki diri, yang darinya ia menapak naik dari anak tangga terendah ke puncak nan paling tinggi. Maka berguru pada manusia, berarti menyadari bahwa ia tetaplah tak lepas dari cela. Ada kurang dalam langkahnya. Ada tabu dalam katanya. Sebagaimana ada pula elok
“… petunjuk bagi orang yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman pada yang gaib, mendirikan shalat, dan menafkankah sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka..” Al Baqarah: 3 Sebagai abdi, tugas diri adalah mengabdi. Layaknya karyawan yang mengabdi pada perusahaan, ia kan dievaluasi untuk menentukan kelayakannya untuk tetap dipertahankan. Mereka yang tak memenuhi persyaratan kinerja, mesti
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri.” Ar-Ra’d: 13 Gagal merencanakan, berarti merencanakan kegagalan. Demikian nasihat ini kudengar sejak dulu. Merencanakan sesuatu perlu kesungguhan, sesungguh menjalankannya. Sebaik-baik rencana adalah ia yang mudah dijalankan. Sedang visi yang tak berujung pada aksi, kerap gagal dalam soal perencanaan ini. Hampir tak
“Jika tak hendak bersabar terhadap guru, maka bersabarlah dalam kebodohanmu.” Memang ada guru yang baik, berilmu dalam nan luas, dengan gaya mengajar yang menyenangkan banyak orang. Namun sebagaimana kita tahu, beliau tak pernah menguasai segala jenis ilmu. Sebab ilmu ibarat bangunan, takkan kita temukan satu toko bahan bangunan pun yang bisa menyediakan keseluruhan bahan yang
“Hati kan bersatu, kala mengabdi pada Yang Satu.” Banyak usaha dilakukan oleh organisasi bisnis untuk membentuk budaya kerjasama tim yang solid. Berbagai insentif dikeluarkan bagi tim yang mampu menunjukkan perilaku kerjasama yang baik. Sebagian berhasil, sebagian tidak. Yang berhasil pun, kiranya begitu mudah jatuh karena hal-hal kecil nan sepele. Sementara itu, di sudut-sudut bumi, kadang
Recent Comments