Hari ini saya hadir di Sekolah Ehipassiko, BSD City. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang sedang dalam perjalanan mengimplementasikan sistem The Leader in Me (TLIM). Sebuah sistem yang membantu sekolah untuk menumbuhkan budaya dan karakter kepemimpinan. Ehipassiko baru memulai inisiatif ini beberapa bulan lalu, dan kini sudah memasuki fase implementasi, setelah melalui 4 program […]
Tag: pakar kepemimpinan
Suatu kali saya pernah diminta untuk membawakan pelatihan untuk para manajer. Tak tanggung-tanggung, materi yang diminta adalah soal kepemimpinan. Padahal, saya belum punya pengalaman memimpin secara formal. Pengalaman memimpin saya lebih banyak tak formal, terutama dalam komunitas. Untung kala itu terbersit sebuah ide dalam benak saya. Ya, memang saya tak punya pengalaman sebagai atasan formal,
Menelusuri Leaders, karya fenomenal Warren Bennis dan Burt Nanus, paham lah kita bahwa betapa banyak pemahaman kepemimpinan yang beredar sejatinya hanyalah mitos belaka. Dan menariknya mitos adalah ia begitu melekat, hingga diyakini tanpa sadar, tanpa dipertanyakan lagi. Apa dampaknya? Tentu pada usaha kita untuk menghadirkan para pemimpin. Sebab kepemimpinan dibalut dengan sesuatu yang seolah di
“Saat kami bertanya pada 90 orang pemimpin yang kami wawancarai tentang kualitas personal yang mereka perlukan untuk menggerakkan organisasi, mereka tak pernah menyebut soal karisma, penampilan, manajemen waktu, atau hal-hal populer lain. Sebaliknya, mereka bicara soal keteguhan dan pemahaman diri, tentang kemauan untuk mengambil risiko dan menerima kesalahan, tentang komitmen, konsistensi dan tantangan. Dan di
“Pemimpin yang baik,” demikian sebuah nasihat, “mampu menghadirkan kepercayaan dari pengikut kepada dirinya. Sedang pemimpin yang hebat, mampu menghadirkan kepercayaan dari pengikut kepada diri mereka sendiri.” Tertegun saya membaca nasihat ini. Sebab apa yang selama ini saya pikirkan tentang menjadi pemimpin adalah jenis pemimpin yang baik saja. Ya, baik, tidak buruk. Namun juga belum hebat.
Social architecture, adalah istilah yang diajukan oleh Bennis dan Nanus dalam Leaders. Dan pemahaman pendek saya mengatakan ia memiliki makna yang berkaitan dengan budaya organisasi. Setelah seorang pemimpin berhasil mengajak seluruh tim untuk menyepakati sebuah visi, maka ia harus memastikan setiap langkah individu dalam organisasi berada dalam irama yang sama mencapainya. Caranya? Ya membangun arsitektur
Para Pemimpin #3: Menghadirkan Makna Melalui BudayaRead More »
“Berkali-kali kami temukan,” ujar Bennis dan Nanus, “para pemimpin melakukan hal yang sama setiap kali mereka ditugaskan memimpin organisasi—mereka amat perhatian pada apa yang sedang terjadi, mereka tentukan mana yang penting untuk masa depan organisasi, mereka tetapkan arah baru, dan mereka mengajak semua orang berkonsentrasi penuh terhadap arah itu.” Ya, semua orang tahu bahwa visi
Para Pemimpin #2: Mengarahkan Atensi Melalui VisiRead More »
Kisaran sebulan lalu, saya tergerak untuk membaca kembali buku klasik karya Warren Bennis—bersama Burt Nanus, bertajuk Leaders: Strategies for Taking Charge. Karya klasik ini bisa dikatakan salah satu karya terbaik Bennis, mendampingi karya lainnya On Becoming a Leader. Dan berbekal semangat meluap-luap, saya meniatkan diri untuk menulis rangkaian artikel membahas kedua buku tersebut. Selain sebagai
Recent Comments