“Kenikmatan di tujuan, adalah puncak dari kenikmatan di perjalanan.” “Aku selalu ingat kata mama,” ujar istriku tentang ucapan ibunya, “kalau menggoreng ayam mau dagingnya empuk itu harus pakai api kecil. Memang lebih lama, tapi rasanya lebih enak.” Ajaran ini selalu dipraktikkan istriku setiap kali memasak. Apalagi, anakku menyukainya. Ia kerap protes ketika digorengkan oleh orang […]
Tag: penyucian jiwa
“Sedikit lagi. Tambah lagi. Adalah mantra untuk meningkatkan diri.” Dulu aku kerap bingung, mengapa perubahan yang kuinginkan pada perilakuku kerap berujung pada kegagalan. Sampai ku temui kembali—sebab ia sebenarnya telah sering pula ku dengar—sebuah sabda Sang Nabi yang mengatakan, “Amalan yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinyu walaupun itu sedikit.” Seorang guru pernah
“Kita bukanlah apa yang kita miliki. Kita adalah apa yang kita beri.” Apapun yang kita miliki, dan berada dalam pundi-pundi, belumlah memiliki arti. Ketika usia kita diakhiri, seketika semua hilang, dan tak kita bawa mati. Ya, sebab yang kita segala miliki hanyalah alat untuk mengerjakan apa nan jadi kewajiban. Uang, belum berarti dan jadi tabungan
“Bekerjalah, hai keluarga Daud, untuk bersyukur kepada Allah. Sedikit sekali hamba-hambaKu yang bersyukur.” (Saba’: 13) Aku teringat ketika pada suatu waktu meminta pada ibuku untuk membelikan sebuah terjemah Al Qur’an. Itulah terjemah Al Qur’an pertama yang segera saja kubaca begitu sampai di rumah. Tak selang beberapa hari, ku dengar ibuku berbincang dengan kakakku tentang apa
“Tiap hal ada tempatnya.” Salah satu ciri kemajuan adalah ketertataan. Sesuatu yang tertata kan mudah ditemukan, ditelaah, dipelajari, dibangun kembali di atasnya. Betapa di era ini, aku kerap terkejut dengan desain rumah yang ukurannya mungil, namun karena penataan yang ciamik, terasa amat nyaman dan lapang. Sebaliknya, ruangan yang sejatinya cukup luas, tetiba terasa sempit, sumpek,
“Tahukah kalian siapa orang yang rugi itu?” tanya Sang Nabi pada para sahabatnya, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah dan dinilai shahih oleh Imam Tirmidzi. “Orang rugi di antara kami, wahai Rasulullah, adalah orang yang tidak memiliki dirham dan barang,” jawab sebagian dari mereka. Beliau saw pun melanjutkan, “Orang yang rugi di antara umatku adalah orang
“Kunci dari keunggulan bukanlah adanya resep rahasia nan tersembunyi, melainkan ketekunan mengerjakan nan berarti tanpa henti.” Ada sebuah nasihat tentang produktivitas yang menjadi salah satu favoritku, “There is no such a thing as time management, it is only self management.” Tak ada yang namanya manajemen waktu, yang ada hanyalah manajemen diri. Sebab waktu, dari dulu
“Insan produktif, amat jeli pada niat dan lisannya. Agar kerja tak ada yang sia-sia.” “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai dan pada setiap tangkai terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan pahala bagi orang yang dikehendakiNya dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” Al Baqarah: 261 Adalah jaminanNya, bahwa
“Mari taat dan saling mengingatkan. Sebab kita tak bisa taat sendirian.” “Siapapun yang bertakwa kepada Allah, pasti Allah akan membukakan jalan keluar baginya, dan Allah akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” At Talaq: 2-3 Rezeki telah ditetapkan ketika insan diciptakan. Namun bentuknya, jumlah dan kapan turunnya, diberikan dalam berbagai bentuk, yang kadang tak
“Berbuat baiklah, dan luruskan niat. Itulah resep jitu sejak zaman Bapak Para Nabi.” “Orang yang paling baik agamanya adalah orang yang ikhlas berserah diri kepada Allah, mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus. Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayanganNya.” An Nisa’: 125 Mari belajar dari insan terbaik. Insan yang ditahbiskan olehNya sebagai kekasihNya. Duhai,
Recent Comments