“Keahlian tak datang tiba-tiba. Ia berasal dari terbasahinya diri dengan berliter-liter peluh.”
Para ahli tampak indah, tapi jangan tertipu dan menyangka menjadi seperti mereka semata mudah. Sebagaimana setiap lelaku berasal dari pembiasaan, begitu pun keahlian. Ia yang ahli, telah membayar harga yang tak sedikit, hingga kini bisa menikmati beragam kemudahan.
Ibarat pohon yang perlu menghujamkan akar begitu dalam, demi menopang batang yang menjulang tinggi, demikian pula lah yang terjadi dengan para ahli. Jauh sebelum orang mengenal mereka, bertahun waktu mereka dihabiskan untuk mengenal diri dan apa-apa yang diperlukan untuk menjadi ahli.
Tak ada keterampilan datang, tanpa pengulangan. Ya, pengulangan adalah jalan menuju keterampilan.
“Aku telah mengulang bertahun-tahun, mengapa tak jua ahli?” tanyamu.
Ah, maafkan aku lupa menyebutkan pasangan kembar dari pengulangan, yakni pembelajaran. Mengulang semata mungkin menjadikan kita terampil, namun belum tentu ahli. Keahlian, adalah pengulangan yang diperlengkapi dengan pembelajaran—sebuah proses menelaah, membedah, mengambil hikmah. Dalam perjalanan menuju keahlian, diri wajib menantang beragam kesulitan yang secara berkala ditingkatkan. Sebab hanya lewat mengatasi kesulitan lah sejatinya kita paling banyak mendapatkan pembelajaran.
Pengulangan dan pembelajaran, adalah jalan bagi yang muda untuk melampaui yang tua. Dan tentu saja, bagi yang tua untuk terus menjadi muda meski bertambahnya usia. Dalam perjalanan menuju keahlian, yakin lah bahwa senang dan susah, sakit dan senyum, adalah sahabat yang tak terpisahkan, pasangan yang satu. Maka jangan buru-buru mengakhiri perjalananmu, kala kegagalan menerpa. Sebab para ahli begitu gemar bertemankan kegagalan. “Jika ingin ahli lebih cepat, maka gagal lah lebih sering,” demikian sebuah nasihat. Terjemahkan lah kegagalan, juga sebagai ruang-ruang pembelajaran.