“Telah Dia kucurkan rezeki nan tak kau minta, lalu bagaimana kah kau hendak ragu pada sedikit yang kau minta?”
Sungguh Dia Maha Pemurah, pada insan nan bertumpuk dosa, tak pernah rezeki berhenti mengalir. Bukankah udara diberikan sama pada ahli ibadah dan pelaku dosa? Bukankah tubuh dijadikan tetap sehat meski banyak maksiat? Bukankah kepala ditegakkan meski ia tak pernah sujud?
Lalu kita hendak berhitung denganNya, tentang balasan amal kita nan sedikit itu? Tidakkah rasa malu nan lebih pantas kita hadirkan, wahai diri? Betapa angkuh langkah mengayun pada tempat yang jauhkan diri dariNya, sedang kedua kaki punya hak tuk tunduk kepadaNya?
Tak ada hal lain yang bisa dilakukan kecuali tunduk. Sebab kita tak hidup tanpa karuniaNya. Dia sungguh punya hak tuk disembah, dan diri ini pun punya hak tuk jadi hamba yang baik. Menjalani ketaatan dan menjauhi keburukan sungguh jalan nan terang benderang tuk kembali, namun pemandangan di kanan dan kiri kerapkali membelokkan hati.
‘Lalu apakah tak layak kita meminta?’
Justru teramat layak. Sebab Dia sendiri yang jadikan pinta itu pun bagian dari ketundukan. Insan nan mengenalNya akan banyak meminta, sebab telah tersingkap hijab bahwa hanya Dia sumber segala sesuatu. Namun pintanya bukanlah semata apa nan di dunia, karena ia sungguh sementara dan remeh belaka. Pintanya adalah keridhaanNya atas apa nan dilakukan, kelurusan dan keteguhan tuk tetap berada pada jalan. Hingga kelak kembali sebagai jiwa-jiwa nan tenang, yang ridha dan diridhai.