Demikian simpulan dari karya fenomenal Daniel Goleman, Richard Boyatzis, dan Anne Mckee, Primal Leadership. Sekian lama ranah kepemimpinan hanya membahas aspek tugas (task), padahal hasil riset ketiganya menunjukkan bahwa para pemimpin yang efektif adalah mereka yang sanggup mengelola dirinya dan mengelola relasinya dengan baik.
Ketika seseorang diangkat menjadi pimpinan, ia ibarat pemain teater yang disorot lampu. Segala gerak geriknya menjadi perhatian, dan karenanya, menular. Penelitian yang membandingkan tingkat depresi para perawat di berbagai rumah sakit menunjukkan tingkat kematian yang lebih tinggi pada rumah sakit yang para perawatnya memiliki tingkat depresi yang tinggi. Wuih! Ternyata, persoalan emosi ini, di industri kesehatan, urusannya nyawa!
Di titik inilah, NLP memegang peranan penting dalam kepemimpinan. Primal Leadership membahas bahwa modal utama kepemimpinan adalah 4 kompetensi: self awareness, self management, relationship awareness, dan relationship management.
Lalu NLP nya di mana?
Ya di keempatnya. Bagaimana mengenali dan mengelola emosi diri? Ya dengan mengelola pikiran dan perasaan. Ilmu NLP nya? State management, submodality, dll.
Berbekal pengelolaan diri yang baik, seorang pemimpin akan dengan mudah mengenali kondisi emosi orang lain (relationship awareness) dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menghadirkan kepercayaan di antara mereka (relationship management). Ilmu NLP nya? Sensory acuity, rapport building, pacing-leading, dll.
Tidakkah itu semua dipelajari dalam berbagai model kepemimpinan yang lain?
Sependek penelusuran saya, secara konsep ya. Namun secara teknis, NLP memiliki keunggulan dari sisi kepraktisan model dan tekniknya. Setiap model dan teknik dalam NLP dapat langsung dipraktikkan segera saat dipelajari, dan karenanya dapat langsung dirasakan hasilnya. Saat belajar empati (relationship awareness), misalnya, dan kita menggunakan ilmu pacing, yakni match dan mirror, kita dapat langsung merasakan seperti apa empati itu. Ia bukan lagi sesuatu yang konseptual dan teoritik, melainkan teknik yang dapat dirasakan hasilnya.
Seru?
Tentu. Yuk, belajar NLP, agar jadi pemimpin yang lebih baik.