Sesuai janji di artikel sebelumnya, kita akan lanjutkan bahasan tentang NLP for Excellent Life ya.. Setelah kemarin kita bedah tentang Personal Excellence, kita lanjut ke tahap berikutnya, yakni Relationship Excellence.. Menarik untuk diselami, bahwa para pelopor NLP menyimpulkan bahwa para terapis ahli yang dimodel sejatinya bukanlah semata pakar dalam terapi. Melainkan juga mereka adalah para […]
Category: NLP Practice
Assalamu’alaikum.. alhamdulillah ada kesempatan lagi untuk melanjutkan bahasan.. saya mau bayar hutang beberapa minggu tidak ada bahasan.. Jadi gini ceritanya. Saya mau bahas hal yang sedikit berbeda kali ini. Bukan bedah buku dalam arti membahas bab, tapi membahas NLP dan perannya dalam kehidupan kita. Buku saya, dulu diberi judul “NLP: The Art of Enjoying Life”,
Akhir pekan lalu, saya bersama beberapa penggiat Indonesia NLP Society menyelenggarakan forum belajar untuk internal, NLP Coach Certification – Accelerated Program. Disebut demikian karena ia memang khusus diadakan bagi penggiat yang telah menguasai NLP, dan ingin merangkainya menjadi sebuah ketarampilan melakukan coaching. Ini adalah pertemuan kedua kami, setelah 2 bulan lalu, dengan durasi 2 hari.
Demikian simpulan dari karya fenomenal Daniel Goleman, Richard Boyatzis, dan Anne Mckee, Primal Leadership. Sekian lama ranah kepemimpinan hanya membahas aspek tugas (task), padahal hasil riset ketiganya menunjukkan bahwa para pemimpin yang efektif adalah mereka yang sanggup mengelola dirinya dan mengelola relasinya dengan baik. Ketika seseorang diangkat menjadi pimpinan, ia ibarat pemain teater yang disorot
Artikel ini merupakan bahasan lanjutan dari artikel “Menyelami Lagi Neuro-Logical Level” (NLL). Dalam artikel tersebut, NLL yang bermula sebagai sebuah model unified theory of NLP, dan berfungsi sebagai sebuah ‘alat diagnostik’ kondisi klien, dapat juga kita gunakan sebagai metode untuk menyusun rencana. Sebuah rencana seringkali tak berjalan sebagaimana mestinya, sebab ia tak selaras dengan lapisan-lapisan
NLP, salah satunya didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari struktur dari sebuah perilaku. The structure of subjective experience. Maka yang diincar oleh seorang praktisi NLP adalah pola-pola perilaku, alih-alih ‘isi’ atau penyebab dari perilaku tersebut. Pada seseorang yang curhat dengan berkata, “Caranya berbicara membuatku kesal deh!”, praktisi NLP tidak akan bertanya, “Memangnya dia bicara apa? Kapan
NLP itu Coaching Banget, Coaching itu NLP Banget (2)Read More »
Suatu kali, Michaell Hall pernah berkata, “Jika saja dulu NLP memulai dengan coaching—alih-alih terapi—we can own this field.” Kalimat ini bukan tanpa dasar. Ia didasari oleh pengalamannya mengisi sebuah sesi di salah satu konferensi ICF di sebuah negara. Dari sekitar 24 orang yang diundang—kalau saya tidak salah dengar—3 orang di antaranya adalah para coach berbasis
Para pembelajar NLP pasti pernah mengenal Neuro-Logical Level (NLL). Ya, model yang dikembangkan oleh Robert Dilts berdasar pada teori level pembelajaran Gregory Bateson ini merupakan salah satu usaha NLP generasi kedua untuk menyusun sebuah unified theory, yang menyatukan beragam teknik dan model NLP. Saking banyaknya model dan teknik praktis ini, kebanyakan pembelajar pemula kerap kebingungan
Pada artikel yang lalu saya telah membahas sedikit tentang kaitan sejarah antara NLP dan Human Potential Movement. Lebih lengkapnya silakan pelajari dalam buku karya L. Michael Hall, “Self Actualization Psychology”. Tentu, ini adalah penafsiran Hall, dan masih perlu ditelusuri lebih lanjut. Namun setidaknya kita bisa mendapatkan sebuah gambaran yang lebih besar dan utuh tentang apa
Dalam artikel yang lalu, saya telah membahas tentang sejarah NLP dan kaitannya dengan coaching. Saya bahkan ingin sekali mengatakan kalau NLP itu coaching banget. Dan coaching itu NLP banget. Hehe.. Dan sebuah artikel dari Coach Tjia rupanya menggelitik saya, judulnya “Coaching is Not Enough”. Menggelitik, sebab ia membahas coaching sebagai sebuah tren, yang kemunculannya belakangan
Recent Comments