“Bacalah,” firman-Nya pada sang manusia mulia. Satu kata yang cukup mengagetkan sebab manusia mulia itu tidak mampu membaca sekalipun kecerdasannya luar biasa. Tidak demikian harfiah rupanya makna satu kata itu, melainkan ingin mengajak kita untuk bertamasya mengarungi indahnya samudera ilmu. Ya, ketakwaan akan memunculkan cinta. Manusia butuh untuk mencintainya, dan cinta akan tumbuh bersemi dalam perjalanan mengurai satu demi satu kecantikan tiap ciptaan-Nya. Membaca yang Ia ajarkan adalah melihat, mendengar, merasakan, kemudian mengurai dan merangkainya menjadi makna baru. Selayaknya orang yang dimabuk cinta, Ia ciptakan segala sesuatunya sempurna bagi mereka yang Ia cintai.
“Wahai manusia yang berselimut,” panggil-Nya satu kali pada sang manusia mulia. Seolah memanggil sang kekasih dengan ungkapan yang begitu lembut, menyentuh. Membangunkannya di malam yang sunyi, demi menenangkan hatinya yang gundah setelah sekian lama tak bersua. Dijanjikan-Nya surga bagi tiap orang yang setia pada cinta-Nya, membela ajaran-Nya, rela mati demi-Nya. Sesekali memang Ia marah, tapi kudengar, rahmat-Nya mendahului murka-Nya.
“Wahai orang-orang yang beriman,” seru-Nya pada berjuta kekasih yang bertebaran di muka bumi. Mereka bukanlah manusia biasa, mereka orang-orang yang cinta mati kepada-Nya. Demikianlah hakikat keimanan, ia meyakini, memasukkan ke dalam lubuk hati, dan menjadikannya mengalir dalam darah serta mewujudkannya dalam gerak laku. Manusia-manusia seperti ini tidak selayaknya dipanggih dengan sebutan “Wahai manusia”, “Wahai orang-orang beriman” adalah panggilan yang penuh kasih sayang.
Sebagaimana seorang kekasih selalu ingin merawat dan menjaga kekasihnya. Ia ciptakan beragam ritual untuk menjadikan sang kekasih bersih, sehat, dan selalu indah. Syahadat adalah janji setia sehidup semati. Shalat adalah kencan berdua untuk memadu cinta. Puasa adalah ibadah rahasia, layaknya dua kekasih yang memiliki rahasia mereka sendiri. Puasa pula yang membersihkan sang kekasih dari kotoran-kotoran yang menutupi kemurnian cinta. Zakat adalah cara-Nya mempertautkan jutaan kekasihnya dalam bingkai persaudaraan. Haji adalah pesiar pengabdian total. Dengannya Ia menjadikan sang kekasih lebih kuat dan matang. Demikianlah, Ia membuat semuanya seimbang. Terkadang Ia bermesraan berdua, terkadang ia kumpulkan semuanya untuk menikmati saat-saat itu bersama. Sang kekasih tidak perlu cemburu, sebab selalu ada banyak waktu untuk bercumbu, sedang cinta-Nya tidak terbatas dan terasa amat personal.
Hmm…kuresapi setiap hal yang Ia ajarkan, kurasakan ia adalah Tuhan yang romantis…