Seorang kawan pernah berkata kepada saya ketika saya jelaskan kepadanya tentang ’bersahabat’ dengan unconscious kita, “Bersahabat dengan unconscious? Memang bisa ya? Bagaimana caranya, wong sadar aja nggak?”
Seperti telah saya jelaskan pada artikel sebelumnya, meskipun disebut sebagai unconscious, bukan berarti ia adalah tempat yang sama sekali tidak bisa kita jamah. Memang, bagi kita yang belum terbiasa apalagi amat sangat rasional bisa jadi hal seperti ini amat sulit untuk dilakukan untuk pertama kali. Dalam sebuah latihan bersama teknik six steps reframing, misalnya, seorang rekan sangat kesulitan untuk menemukan sinyal tanda bersedia dari bagian (part) yang diajak berkomunikasi. Tidak mengherankan, sebab ia memang terbiasa dan membiasakan diri untuk berpikir dan bertindak berdasakan perhitungan yang mendetil tanpa mempedulikan ’suara-suara’ yang muncul dari hati kecilnya.
”Jika saya juga orang seperti itu, apakah tidak mungkin bagi saya untuk berkomunikasi dengan unconscious saya?”
Jelas mungkin. Hanya saja, Anda perlu berlatih perlahan-lahan untuk membujuk unconscious Anda yang sudah ngambek karena terlalu lama tidak dihiraukan. Yang pasti, ingat warning dari John Grinder dan Richard Bandler berikut ini: conscious dan unconscious hanyalah label yang kita berikan terhadap ‘sesuatu’ yang ada dalam diri kita namun tidak pernah kita lihat. So, jangan anggap keduanya sebagai ’benda’, melainkan sebagai proses yang menjadi bagian (part) dari diri kita.
Salah satu latihan yang sederhana untuk melatih kepekaan kita membedakan conscious dan unconscious adalah dengan melatih uptime dan downtime. Uptime adalah suatu kondisi ketika kita amat fokus kepada berbagai hal yang ada di luar diri kita dengan menggunakan indera yang kita miliki. Sebaliknya, downtime adalah kondisi ketika kita amat fokus pada hal-hal yang kita alami di dalam diri kita dengan mendayagunakan rep system kita.
Latihan berikut ini saya adaptasi dari latihan serupa dari buku NLP Workbook. Silakan buktikan sendiri keampuhannya.
- Duduklah pada sebuah ruangan yang cukup tenang dan nyaman bagi Anda. Buatlah diri Anda nyaman dan mulailah untuk merasakan apa yang terjadi dengan tubuh Anda demi berada di tempat tersebut. Lihat apa yang Anda lihat, dengarkan apa yang Anda dengar, rasakan apa yang Anda rasa dengan seluruh panca indera Anda.
- Hal apa yang paling menjadi perhatian Anda?
- Perasaan apa yang muncul pada tubuh Anda? Di bagian mana?
- Dimulai dari ujung kaki, tingkatkan kesadaran Anda terhadap seluruh bagian tubuh Anda. Rasakan bagaimana setiap bagian tubuh berhubungan satu sama lain. Bagian mana yang terasa paling nyaman? Bagian mana pula yang terasa kurang nyaman? Jangan ubah apa pun, cukup tandai tanpa ada penilaian apa pun.
- Sekarang tandailah pikiran apa saja yang muncul dalam benak Anda? Cermati gambaran mental yang muncul jika ada, bagaimana kualitas gambarnya? Adakah gerakan atau warna di dalamnya? Dimana letaknya? Seberapa jauh ia dari diri Anda?
- Suara-suara apa saja yang Anda dengar dalam benak Anda? Anda berbicara kepada diri sendiri? Bagaimana kualitas suaranya? Adakah suara lain yang mengiringinya? Dari mana menurut Anda asal suara tersebut?
- Bagaimana dengan keseimbangan tubuh Anda? Apakah Anda merasa seimbang, terlalu berat ke depan dan ke belakang atau ke kiri dan ke kanan?
- Berada dalam kondisi emosi apakah Anda saat ini? Emosi apakah yang muncul secara dominan saat ini? Tetaplah menandai tanpa perlu mengubah apa pun.
- Selesai. Kembalilah ke kondisi saat ini Anda berada.
Semakin Anda terlatih melakukan latihan di atas, semakin terbuka jalur komunikasi antara conscious dan unconscious Anda. Bahkan, jika sudah cukup mahir, Anda tidak perlu secara khusus melakukannya secara sadar dan conscious–unconscious Anda akan secara beriringan memberi Anda berbagai informasi yang Anda butuhkan.
People have the internal resources they need to succeed.
Surga itu ada di balik pintu, kita hanya lupa menaruh kuncinya.