Sebuah nasihat hadir beberapa hari lalu. Ia berbentuk pertanyaan renungan. “Dalam banyak kali, orang tua berharap kesuksesan pada anaknya. Mereka bertanya apa cita-cita sang anak kala besar kelak. Dan mereka risau kala cita-cita itu tak sejalan dengan anggapannya, atau sesuatu yang tak umum.”
Aku merenung dalam-dalam. Adakah aku termasuk orang tua jenis ini.
Lalu berlanjut, “Tapi mari kita cermati apa yang diucapkan seseorang di momen pernikahan. Atau di saat seorang bayi baru terlahir ke dunia. Amat jarang yang bicara kesukesan. Umumnya mereka berharap, ‘Semoga lekas diberi momongan yang shalih/shalihah. Semoga menjadi anak yang shalih/shalihah. Semoga menjadi anak yang berbakti pada orang tua, berguna bagi agama.’ Dan yang serupa itu.”
Renungku semakin dalam. Nasihat ini begitu mencengangkan, menyibakkan sesuatu yang semula tertutup. Bahwa di balik segala keinginan tentang kesuksesan, jauh di dalam relung hati tiap insan, tersimpan sebuah kerinduan. Kala di hadapkan pada ketidakpastian, diri pun menampakkan wajah aslinya sebagai hamba yang lemah. Hingga harapan terdalam yang terucap bukanlah soal keberhasilan pendek semata, melainkan sesuatu yang menjadi tanda masih hidupnya jiwa. Kerinduan untuk kembali sebagai hamba yang ridha, dan diridhai.
Maka sejatinya para insan telah paham benar, bahwa kebahagian hakiki tidaklah dicapai melalui pemenuhan keinginan. Melainkan melalui perjuangan tuk menjalani kehidupan yang berarti. Dan keberartian itu, tidak lain dicapai melalui jiwa-jiwa yang kembali.
Di titik inilah, diri yang gersang dan jauh dari Tuhan kan mendapati bahwa semakin kesenangan diraih, semakin kebahagiaan menjauh. Semakin tangan menjangkau keluar, semakin kering yang di dalam. Sebab memang ia telah salah arah. Jauh panggang dari api. Mana yang dibutuhkan, mana yang dipenuhi. Maksud hati tuk kembali, namun langkah kaki malah menjauh pergi. Dikejar sang anak mengikuti beragam aktivitas duniawi, hanya untuk terkejut kala tak satu pun kedamaian terasa di kemudian hari.
Kenalilah, wahai diri, kerinduan terdalam yang selalu hadir dalam jiwamu. Pahamilah, ikutilah, penuhilah. Telah lama ia rindu pada Pemiliknya. Telah lama ia terjebak dalam raga sempit ini. Maka jadikanlah raga ini jalan tuk kembali.
menarik.. banyak hikmah dalam satu artikel. mantapppp
Moga manfaat ya…