Termenung aku memerhatikan istriku berjuang setiap hari. Ya, memastikan Rayna memiliki stok ASI yang cukup. Ia sudah bertekad bahwa anak kedua kami ini akan mendapatkan ASI yang sama seperti kakaknya, bahkan lebih baik. Dan aku sungguh minder melihat usahanya yang begitu gigih setiap hari, tanpa libur. Bangun pagi, tidur larut. Terus saja tanpa kenal lelah. Dalam senyap, aku bertekad tuk mengingat momen-momen ini, dan menjadikannya pengingat bagi kedua anakku di kala mereka memerlukannya satu saat nanti. Bahwa sang ibu, adalah pejuang sejati yang harus mereka muliakan.
Sementara itu, sebuah pikir menyelinap dalam benakku, menerobos ke dalam relung kalbu. Bahwa memang benar, tak layak seorang anak melawan orang tuanya. Sebab orang tua, utamanya ibu, adalah bagian dari dirinya, kehidupannya. Ia bukanlah dirinya, tanpa ibunya. Dalam tiap sel mengalir diri sang ibu, lalu bagaimana kah ia bisa memisahkan diri?
Maka melawan ibu, sama dengan melawan dirimu sendiri. Mendurhakainya, berarti membinasakan dirimu sendiri. Bukan hanya sebab Tuhan telah melarang itu. Melainkan juga karena memang kau dan dia tak terpisahkan.
“Tapi ibuku tak pernah mengurusku!” mungkin ucap beberapa sahabat.
Lalu dari mana kah kau bisa hadir dalam hidup ini, jika bukan lewat dirinya? Pun ketika ia tak mengurus setelah melahirkanmu, perannya sebagai pintu kehadiranmu tak pernah bisa tergantikan oleh siapapun.
Kau dan ibumu satu, wahai diri. Tak terpisahkan. Deritamu adalah deritanya. Maka deritanya, mestilah deritamu pula. Jika itu tak terjadi, tengoklah hati dan jiwamu, mungkin ia sedang sakit. Sebab hati yang sehat kan dengan mudah mengingat kembali setiap detik kehidupan yang kau lalui bersama ibumu.
Kala menulis ini, aku sungguh masih jauh dari berbakti. Maka aku mohon doamu, wahai Sobat-sobatku, agar diri yang pandir ini diberi hidayah.
Memuliakan ibu sama dengan memuliakan diri ya pak??
Kadang memang seru bersebrangan paham sama ibu sampai harus merajuk. Seru karena beliau selalu sedia memaafkan.
Alhamdulillah, masih ada ibu. Masih ada kesempatan berbakti padanya.
Betul. Moga kita dikaruniai keteguhan…