Cara Jitu Hapuskan Korupsi

Cukup sering saya mendapat pertanyaan, “Mas, bagaimana menurut pendapat Mas, cara menghapus korupsi yang telah merajalela di Indonesia ini?” Apalagi jika saya sedang membawakan materi seperti “The 7 Habits”, pertanyaan jenis ini hampir selalu muncul. Tak ingin berspekulasi menjawab dengan hal-hal yang tak saya pahami, saya biasanya bertanya kembali.

“Maaf, Bapak naik kendaraan apa biasanya?”

“Sepeda motor, Mas,” jawabnya.

“Nah, pernahkah Bapak naik motor dan mengambil hak pejalan kaki di trotoar?” tanya saya lagi.

Ia tersenyum malu, “Pernah, Mas. Dan bukan hanya sekali.”

“Nah, daripada kita berpikir terlalu rumit untuk menghapus korupsi, bagaimana jika kita mulai menghentikan kebiasaan serupa itu, Pak. Biarlah kita nikmati kemacetan yang ada, tapi kita tetap berada di jalur yang menjadi hak kita.”

Ya, korupsi yang dilakukan oleh orang-orang ‘atas’, sejatinya hanyalah gambaran dari kondisi orang-orang yang ada di ‘bawah’. Sebab dikatakan, kualitas para pemimpin adalah gambaran dari kualitas yang dipimpin, yang memilihnya. Maka alih-alih memusingkan tindak korupsi kelas kakap yang jauh dari kendali kita, baiknya kita cermati diri sendiri dan kondisi sekeliling. Niscaya dengan mudah kan kita dapati bahwa begitu banyak tindak korupsi yang kita kerjakan.

Pernahkah kita menyerobot antrian?

Pernahkah kita mengemudi mobil dan mengambil jalur busway?

Pernahkah kita mengurus SIM atau STNK dengan menggunakan calo?

Pernahkah kita meminta anak kita berkata, “Ayah lagi pergi”, pada seorang tamu yang tak ingin kita temui?

Ini belum menyebut soal kecurangan dalam ujian nasional yang kiranya digawangi oleh guru, kepala sekolah, bahkan orang tua sendiri. Lalu kita berharap para pimpinan kita adalah orang-orang yang bersih?

Saya ingat pernah mengajar di sebuah kelas “The 7 Habits”. Di hari kedua, dua orang peserta, yang kiranya adalah guru dan kepala sekolah, mendatangi saya dan berkata, “Mas, kita kan nanti dapat sertifikat ya?”

“Iya, Pak,” jawab saya.

“Nah, kalau pelatihan selama 32 jam itu poinnya lumayan Mas untuk nambah poin sertifikasi kita. Pelatihan ini berapa jam ya?” tanyanya.

“Ya dihitung saja Pak. Delapan jam dikali 3 hari, ya 24 jam,” jawab saya.

“Wah, kurang ya Mas. Nanti di sertifikat apakah ada jamnya?” tanyanya kembali.

“Jam tidak ada Pak. Tapi ada tercantum tanggalnya.”

“Nah, bisa kah kalau tanggalnya ditambah begitu? Jadi total empat hari?” tanyanya sambil tersenyum. Sebuah senyum yang tak biasa menurutku.

Memahami maksudnya untuk memanipulasi jumlah hari, saya menatapnya tajam, dan bertanya, “Bapak ingin saya memanipulasi tanggal pelatihan, sementara kita baru saja melewati belajar 1 hari tentang “The 7 Habits”? Tentang hidup berdasarkan prinsip hidup yang benar? Ketika kemarin Bapak berdua tampak begitu bersemangat ingin menerapkannnya kepada siswa?”

Saya pun tersenyum. Dan berlalu.

Sungguh kita tak perlu jauh-jauh berpikir untuk menghapuskan korupsi. Mulailah dari diri sendiri. Cermati berapa banyak tindak korupsi yang kita lakukan sehari-hari, lalu hentikan secara bertahap. Sebelum lelaku diri ini kita benahi, sungguh tak layak kita bicara tentang mereka yang di atas. Sebab mereka ada di sana, sebab perilaku kita sendiri.

Para koruptor di atas, hemat saya, akan menua dan mati. Tapi anak-anak kita, yang kita hidupi dan didik kini, masih akan dewasa, dan akan memimpin 20-30 tahun lagi. Maka cara jitu hapuskan korupsi adalah memberi teladan yang baik pada anak-anak kita, sebab mereka lah yang kan memimpin negeri ini pada waktunya kelak.

Spread the love

4 thoughts on “Cara Jitu Hapuskan Korupsi

  1. Keteladanan yg baik adalah cara yg paling efektif walau dirasa memakan waktu lama tapi bila dilakukan dengan baik dan ikhlas seiring waktu insya Allah ada hasil yang lebih baik daripada tidak melakukan dan hanya mencari cari keslahan orang lain. Lakukan dari diri kita sendiri untuk selalu jujur dan menjadi teladan bagi dirinya keluarganya dan sekelilingnya terimakasih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *