“Adakah tahun baru, akan menjumpai dirimu yang baru, atau kah kau kan tetap seperti yang dulu?”
Demikian sebuah tanya menelusup dalam pikir, dan melaju kencang hingga sanubariku. Ingatanku pun melayang pada bertahun-tahun yang telah kulalui, mencermati apa-apa yang menjelma kenyataan, dan mana-mana yang hanya sebatas keinginan. Tersipu malu, kala kudapati banyaknya keinginan yang tak mewujud kenyataan. Kiranya diri ini tahu apa yang perlu dikerjakan, namun lalai ia tuk memenuhi janjinya.
Memenuhi janji. Ya, kata-kata ini kiranya kata kunci yang mendekat atau jauhkan antara keinginan dan kenyataan. Sungguh mudah berkeinginan, namun mengapa ia menjadi rantai yang terputus dengan kenyataan, adalah sebab kesungguhan memenuhi janji yang tak kunjung terbit.
Aku teringat film “Habibie-Ainun” yang kutonton bersama keluarga beberapa malam sebelum tahun baru. Tersebut lah janji Pak Habibie pada kekasihnya, Ainun, bahwa ia kan membuatkan sebuah truk terbang. Janji itu terucap, dan perlu cucuran keringat sepanjang 30 tahun baru menjelma kenyataan.
Ya, 30 tahun. Kita kerapkali cepat menyerah hanya dalam ukuran bulan. Padahal segala yang berharga hanya layak dicapai melalui kesungguhan. Sedang yang tak perlu kesungguhan, mungkin tak benar-benar berharga.
Maka resolusimu, wahai diri, target, misi, atau apapun kau sebut namanya, bukanlah sesuatu yang mesti terjadi dalam jangkaan tahun. Bisa jadi ia demikian panjang. Jika kau tak cukup tekun, maka ia melayang, dan tercatat sebagai impian semata. Namun jika setiap hari tiada lain kau jalani dalam rangka memenuhi janji, maka ia kan menjelma, dalam bentuk yang tak kau kira.