Terhitung sudah 3 kali saya mengalami banjir besar Jakarta. Tahun 2002 adalah kali pertama, berlanjut tahun 2007, dan tahun 2013 ini. Dari ketiga pengalaman itu, 2007 dan 2013 ini lah yang saya merasakan langsung dampaknya. Ya, di 2007, mobil Ceria kami sempat menembus genangan besar di wilayah Kampung Melayu demi mencapai kantor. Beruntung saat itu kondisi masih aman. Karena jumlah korban mobil terendam yang cukup banyak, saya pun segera tergabung dalam tim bengkel darurat di kantor lama saya, Asuransi Astra. Pasalnya, bengkel-bengkel rekanan kala itu sudah tak sanggup lagi menangani. Demi menjaga pelayanan pada pelanggan, jadilah dibuka bengkel darurat, yang saya pun bertugas sebagai petugas dadakan. Hehehe…
Lalu kini, 2013. Sebuah pengalaman menarik baru saja saya alami. Ketika ditugaskan untuk mengajar kelas The 7 Habits untuk para Administration Head dari Isuzu Sales Operation di Hotel Le Grandeur Mangga Dua, saya sempat ‘terjebak’ tak bisa masuk hotel sebab genangan air yang cukup tinggi. Mobil kantor kami kiranya takkan sanggup untuk menembusnya. Maka sambil menunggu hujan reda, saya dan driver kami pun memutar otak untuk mencari cara agar tetap bisa sampai ke hotel. Kelas tak mungkin dibatalkan, sebab para peserta yang kebanyakan berasal dari luar kota sudah hadir sehari sebelumnya.
Tengok sana sini, barulah jam 10.30, kami melihat ada sebuah bajaj berhenti di pinggir jalan. Mengobrol dengan pengemudinya, rupanya bajaj tersebut memang sudah mogok sedari tadi. Semacam mendapat pencerahan, kami pun mengajukan penawaran kepada pengemudinya untuk mengantarkan saya menembus banjir menuju hotel. Sebab memang ada 2 dus perlengkapan kelas yang harus kami bawa.
Alhamdulillah ia bersedia. Bersama 2 orang rekannya, mereka bertiga membawa saya membelah air hingga ke hotel. Sebuah pengalaman yang tak terlupakan, sebab kiranya genangan air di dekat hotel memang paling tinggi. Hingga kalau saja tadi kami nekat memacu mobil kesana, sudah pasti akan segera mengapung. Hehehe…
Singkat cerita, saya pun sampai di hotel, dan segera bersiap-siap menjalankan tugas. Peserta yang sudah menunggu setengah hari rupanya sedang diistirahatkan. Kelas dimulai jam 13.00, dan berlangsung hingga jam 22.00, untuk membayar keterlambatan saya.
Selesai kah ceritanya?
Tentu belum. Ya, saya tidak berencana menginap, maka saya tidak membawa pakaian ganti selembar pun. Tak jadi masalah jika ITC Mangga Dua buka seperti biasa. Namun banjir hari itu sungguh membuat deretan toko dengan dagangan menggiurkan itu hanya bisa ditatap semata. Ya, mereka tutup. Namun kiranya para peserta maklum akan kondisi ini, sehingga mereka tak bertanya keesokan paginya, apakah saya menggunakan baju yang sama atau tidak. Hehehe…
Ya, ini pertama kalinya saya mengajar selama 2 hari dengan pakaian yang sama. Ups, jadi malu. Untunglah antusiasme peserta mungkin menutupi berbagai aroma tak sedap. Hehehe…
Hari kedua pun usai. Saatnya memikirkan jalan untuk pulang. Alhamdulillah, jalan segera terbuka. Rupanya mobil bermerek Panther, memang pilihan utama di kala banjir. Ya, saya menumpang mobil milik penyelenggara, menembus banjir keluar hingga wilayah yang aman. Wuih, sungguh pengalaman mendebarkan, melihat sebuah mobil yang hampir terendam kapnya masih mampu menembus banjir dengan selamat. Saya pun bisa pulang dengan aman hingga rumah.
Apa yang pertama kali saya lakukan? Mencium anak istri? Tidak, meski sangat ingin. Namun saya harus segera mandi! Baru layak melakukan hal itu. Hehehe…