Penghasil Pemimpin

“Hanya para pemimpin, yang mampu menghasilkan pemimpin.”

Sekali lagi, pemimpin tidaklah mesti pimpinan. Ia yang menjadi pimpinan, belum tentu pemimpin. Dan ia yang memimpin, tak harus jadi pimpinan.

Kepemimpinan, bukanlah tentang mengelola orang lain. Ia adalah tentang mengekspresikan anugerah yang telah Tuhan tanamkan dalam tiap diri. Maka siapapun, memiliki tanggung jawab kepemimpinan, selama hayat masih dikandung badan.

Maka mudah kita dapati ia yang menjadi pimpinan, tanpa ruh kepemimpinan, segeralah menjelma orang dengan motif pemenuhan nafsu belaka. Begitu pula banyak kita temukan ia yang tak punya posisi apapun, namun pengaruhnya demikian luas dan dalam.

Sebab menjadi pemimpin, sejatinya adalah menjadi diri sendiri yang sejati. Di titik penemuan kesejatian inilah, insan kan menempati ruang yang tak tergantikan oleh orang lain. Sedemikian, hingga ia pun tak tertarik menempati ruang orang lain, sebab ruang itu telah disediakan bagi pemiliknya.

Hanya insan yang sampai di titik inilah yang mampu membimbing insan lain menemukan kesejatiannya. Sebab ia telah sampai dan paham betul seluk-beluk perjalanan yang berliku lagi mendebarkan.

Maka sulitlah kita menghasilkan pemimpin, jika kita sendiri belum sampai pada kesejatian diri. Adakah jiwa yang gamang mampu menentramkan jiwa lain?

Sampai disini, sebuah renung pun terbit, mencermati negeri yang kekurangan pemimpin ini. Kekurangan orang-orang yang bergerak alih-alih mengeluh, teranglah ia sebab tak banyak insan yang melakukan perjalanan ini. Hingga ia tak utuh sebagai diri, lalu kebingungan membantu orang lain. Orang tua yang tak utuh, rawan jadikan anaknya tak berkembang sempurna. Guru yang tak utuh, rentan lahirkan murid yang limbung. Pimpinan yang tak utuh, cenderung jadikan anak buahnya pekerja tanpa jiwa. Sebab yang dipimpin, hanyalah cerminan dari yang memimpin. Persis seperti sebuah ungkapan, bahwa para guru bukan mengajar sebagaimana mereka belajar bagaimana cara mengajar. Para guru mengajar, sebagaimana mereka dulu mereka diajari.

Maka jika kau mengeluh akan keringnya negeri ini dengan para pemimpin sejati, wahai diri, tengoklah ke dalam, dan mulailah perjalanan menjadi diri sejati. Sebab tugasmu menunggu, keluargamu menunggu, murid-muridmu menunggu. Mereka menengok padamu, lalu mengikutimu. Kesejatian dirimu adalah teladan yang mereka tunggu.

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *