“Jangan iri pada yang dicapai orang lain. Irilah pada kesungguhannya dalam mencapai hal itu.”
Iri itu penting. Sebab dalam iri, kita diajak untuk bergerak memiliki apa yang belum ada pada diri. Jauh berbeda dengan dengki yang bermaksud menimpakan keburukan, pada iri diri masih bergembira atas apa yang dimiliki orang lain, sedang diri pun menginginkannya. Namun sebagaimana segala rasa, iri yang berlebihan dan salah arah acapkali menghilangkan manfaatnya.
Cermatilah rasa irimu, wahai diri, adakah ia mengarah pada urusan dunia atau akhirat. Sebab dalam keduanya terkandung kebaikan yang berbeda jauh. Bukan berarti iri soal dunia tak penting, namun ia sia-sia jika tak mengarah pada akhirat.
Hati-hatilah pula pada rasa irimu, wahai diri, adakah ia mengarah pada hasil atau cara. Sementara nafsu seringkali iri pada hasil yang dicapai orang lain, rindukanlah jiwamu tuk iri pada kesungguhannya dalam mencapai hasil itu. Sebab semata iri pada hasil acapkali menjadikan kita berhenti dan berbuat banyak selain angan-angan. Sementara iri para proses, pada cara, pada jalan mencapainya, kan mengantarkanmu mencapai hasilmu sendiri, yang mungkin lebih baik.
Iri pada kesungguhan, kan membukakan pintu-pintu peluang. Sebab hasil hanya lah dampak dari cara. Tak ada satu pun hasil besar, yang dicapai melalui cara rerata. Namun kesungguhan memulai dan memelihara, akan menghadirkan beragam cara yang tak terpikirkan sebelumnya. Dan hasil kan menunggu di ujung jalan, bergantung pada seberapa cepat kita melangkah.