“Bicara dan diam, adalah dua jalan yang kan membawamu pada keselamatan atau kebinasaan. Bicara dan diamlah, hanya tuk mengharap ridhaNya.”
“Sesiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,” sabda Sang Nabi saw, “hendaklah ia bicara yang baik, atau diam.” Sungguh jeli pilihan kata Sang Nabi. Bukan benar semata yang membuat kita selamat, melainkan baik. Sebab yang benar, kadangkala tak tepat, hingga tak hadirkan kebaikan. “Bener, ning orang pener,” tutur kebijaksanaan Jawa. Benar, namun tak tepat.
Namun yang baik, kiranya ia benar, dan disampaikan secara tepat. Kebaikan, adalah himpunan kebenaran dengan ketepatan. Bicara benar saja tak cukup, jika belum diiringi dengan cara nan elok. Hingga kebenaran itu merasuk benar di sanubari, lalu menggerakkan diri. Sebab perubahan lelaku itu lah yang jadi tujuan kita bicara, alih-alih hanya pengungkapan fakta semata.
Ingatan pun melayang pada sebuah fragmen sejarah para mulia. Yang berdebat sengit demi menemukan kebenaran, bukan menjatuhkan lawan. Maka harapan yang tertancap dalam hati adalah tersibaknya kebenaran, dari lisan mana pun ia muncul. Lebih jauh lagi, para alim di masa kejayaan itu, berdebat justru dengan harapan agar lawan bicaranya lah yang benar.
Duhai, tidakkah kita merindukan masa-masa serupa ini?
Ya, bicara dan diam, adalah hanyalah alat mengiba ridhaNya. Pada keduanya bisa mengalir kebaikan atau kebinasaan. Maka bicara lah jika kau yakin kebaikan kan menjelma. Jika tidak, maka diam. Sisi lain, diam pun tak mesti datangkan keselamatan, jika pada dirimu tersimpan kebaikan dalam berbicara. Sebab tak berbicara padahal baik, berarti menyembunyikan kebaikan yang diamanahkan padamu.
Jelaslah, bicara dan diam adalah sepaket keterampilan yang mesti dilatih. Keduanya tak digunakan secara berlawanan. Keduanya, justru merupakan pasangan yang selayaknya digunakan beriringan.
benarlah apa yang dikatakan Rasulullah untuk selalu bisa kita renungkan saat kapanpun.
“Bicara yang baik atau diam”
berbeda sekali dengan sekarang, banyak orang yang bicara tanpa ilmu. Padahal semua itu akan dipertanggungjawabkan kelak.
Terima Kasih sudah mengingatkan kita Mas atas tulisan yang selalu saja menginspirasi 🙂
Moga manfaat ya… 🙂
Masalah keksiruhan yang melanda negeri ini sebenarnya karena orang banyak bicara, dan tidak ada yang mau diam. Diam malah dianggap pecundang, maka orang perlu bicara. kadang sambil menunjukan kesalahan dan kebodohannya. Salam.
Kita mesti beranjak, dari keinginan tuk didengarkan, menjadi keinginan tuk mendengarkan.