“Untuk tahu baik tidaknya pengelolaan sebuah perusahaan,” ujar seorang kawan bertahun lalu, “cek lah toiletnya. Jika toilet saja bersih terawat, yang lain pasti terawat.”
Aku setuju. Jangan lihat bagian depan, apalagi ruang tamu. Sebab itu memang daerah yang sudah umum bersih karena letaknya yang strategis. Tapi toilet? Ya, inilah titik krusial. Jika untuk area yang memang disediakan untuk sesuatu yang kotor saja dijaga kebersihannya, maka yang lain bisa diperkirakan jauh lebih bersih lagi. Dan pendapat ini memang sudah kubuktikan berkali-kali di berbagai perusahaan.
Namun belakangan, hadir sebuah pemahaman baru tentang hal ini. Ya, aku penasaran dengan hampir semua kitab fiqh—kitab seputar hukum-hukum dan aturan agama—yang selalu mengawali pembahasan dengan soal-soal penyucian tubuh, alias thaharah. Aku belum menemukan kitab yang thaharah diletakkan di bab lain, apalagi sampai di belakang.
Pernah ku bertanya pada seorang guru apa sebabnya. Dan jawabnya lugas, “Ibadah tak sah tanpa kesucian.” Rukun Islam kedua, yakni shalat, yang disebut sebagai tiang agama, tak sah dilakukan tanpa bersuci. Ada setitik najis, dan ia disadari, namun tak disucikan, maka tak sah lah shalat.
Maka kebersihan, memang merupakan awal dari hadirnya kebaikan lain. Tanpa kebersihan, sebaik apapun amal tampak secara lahir, ia tak berarti. Tak diperhitungkan. Itu baru soal lahir, belum soal batin. Ibadah tak pula sah tanpa niat. Dan niat, meski sah secara lahiriah, bisa jadi tak menghadirkan kebaikan jika tak senantiasa dimurnikan untuk Allah semata. Sebab segala sesuatu dimulai dari kesucian, sebagaimana segala amal dinilai dari murninya niat.
Ingatku pun melayang pada nasihat seorang sahabat, tentang sebab kita diajari untuk pertama-tama mengucapkan istighfar setelah selesai salam dalam shalat. Ya, jangan pernah merasa bahwa ibadah kita lurus, bersih, sempurna. Maka pasca menyelesaikan sebuah ibadah, tiada yang layak kita ucapkan selain permohonan ampun atas ketaksempurnaan penghambaan. Dengannya, insya Allah, tak murninya ibadah disucikan, hingga bersih, lalu layak lah kita berdoa setelahnya.