“Banyak jejak tak sengaja kita tinggalkan, dipunguti oleh orang lain. Maka pastikan itu jejak kebaikan.”
Hari ini adalah hari yang menggembirakan. Bertemu dengan 3 orang alumni kelas Supercamp tahun lalu, beragam cerita berseliweran sedemikian liarnya. Melepas kangen adalah satu hal. Tapi yang paling mengagumkan adalah melihat ketiganya berbagi pengalaman setahun setelah Supercamp berlalu pada peserta tahun ini.
Ya, waktu 1,5 jam yang tersedia rupanya habis oleh cerita mereka bertiga. Aku yang bersiap menjadi moderator pun memilih menyimak saja, sebab kisah mereka jelas lebih menarik daripada pertanyaan-pertanyaanku. Mereka telah punya kisah sendiri, yang berasal dari kesungguhan mengamalkan apa yang dipelajari.
Ternyata sungguh benar, bahwa kita selalu meninggalkan jejak. Dan jejak itu, bisa jadi kan dipunguti oleh orang lain tanpa kita sadar. Sungguh aku tak pernah menyangka bahwa apa yang kubagikan tahun lalu itu membekas, apalagi bisa bermanfaat bagi mereka. Jelas apa yang mereka capai bukanlah hasil dari jerih payahku. Itu adalah buah dari ketekunan mereka sendiri. Mengambil ilmu, dan mengamalkannya. Sebab memang janjiNya kan menambahkan ilmu tak disangka-sangka pada insan yang rajin mengamalkan sebuah ilmu.
Di titik ini, sebuah renung panjang terjadi dalam keheningan. Menatapi jejak-jejak tanpa kesadaran yang kutinggalkan. Adakah ia semua berupa kebaikan, hingga kan jadi saksi kelak di hari akhir? Atau kah ia tumpukan keburukan, yang kan memperberat jalan kembali kepada Tuhan?
Duhai, kita adalah guru sebelum yang lain. Sadar ataupun tidak. Memilih ataupun tidak. Bertambah usia memiliki kemungkinan tuk semakin didengar. Maka sewajarnya lah jadikan diri ini berhati-hati tinggalkan jejak yang tak layak tuk diikuti.