Menerima kenyataan berarti memahami bahwa diri ini manusia biasa yang terikat pada hukum sebab-akibat. Ya, hukum sebab-akibat memang membatasi, namun juga memberi ruang tak terbatas bagi diri untuk bertumbuh. Pada setiap pilihan ada dampak, di sinilah letak fungsi akal, untuk memahami dan menelaah setiap dampak yang kan dihasilkan.
Ada kesulitan sebelum kemudahan. Sebab pada kesulitan itulah terdapat anak-anak tangga yang mengantarkan pada puncak kemudahan.
Ada kesedihan pendamping kesenangan. Tanpa pernah merasakan sedih, bagaimana kah kita hendak menikmati kesenangan? Kita tahu seperti apa senang, sebab kita tahu pasangannya, sedih. Bahkan dalam banyak kali keduanya bersatu, sedih dalam senang, senang dalam sedih.
Ada siang mendampingi malam. Tanpa siang, bagaimana kah kita hendak menjadi manfaat? Tanpa malam, bagaimana kah kita hendak beristirahat?
Ada yang di bawah, menopang yang di atas. Kehidupan adalah gambaran besar dari potongan-potongan kecil. Setiap gambar kecil sungguh berarti. Sesiapa yang di bawah, sungguh amat berjasa menopang yang di atas. Sesiapa yang di atas, sungguh amat berjasa menunjukkan jalan bagi yang di atas.
Ada miskin, melengkapi kaya. Tidak saja sang miskin membutuhkan bantuan sang kaya. Namun sang kaya pun membutuhkan sang miskin. Tanpa sang miskin, kemana sang kaya hendak menafkahkan kekayaannya? Tanpa sang miskin, bagaiama kah sang kaya hendak menjadi manfaat?
Lewatilah setiap saat, wahai diri, dengan kesyukuran atas hubungan sebab-akibat ini. Segalanya diciptakan berpasangan. Tugas kita bukan tuk memilih salah satunya, melainkan menelaah tiap hikmah yang disimpan di dalamnya. Pada tiap saat ada kebaikan, kala niat diluruskan, langkah diteguhkan.