“Kebosanan adalah tanda kurangnya makna-makna. Menyelamlah, dan temukan rahasia-rahasia indah.”
Bosan bukanlah kondisi alamiah insan. Sebab sejatinya diri merindu mewujudkan segala hal nan berarti. Maka bergerak adalah sifat asli, sementara diam hanyalah perhentian sejenak melepas penat.
Maka kala rasa bosan hadir, tak lain adalah tanda akan kurangnya gerak, lahir maupun batin. Gerak lahir tentulah kita paham. Namun gerak batin seringkali terlalaikan.
Bertahun-tahun diri ini mendawamkan gerak lahir, hingga ia menjadi otomatis, tak terpikirkan lagi. Di titik inilah kebosanan mulai terbit. Ia menyampaikan pesan bahwa kita mesti melanjutkan perjalanan. Mengambil langkah baru sebab yang lama telah tertunaikan.
Tapi melulu hanya mengurusi gerak lahir takkan pernah hadirkan kepuasan. Sebab tabiat segala yang bersifat lahir memang dangkal. Takkan sanggup menembus relung-relung terdalam jiwa manusia. Gerak batin lah–pencarian akan makna-makna–yang mampu menelisik dan hadirkan kedamaian.
Maka obat kebosanan adalah menyelami makna-makna. Menghentikan gerak lahir sejenak, dan mengurai beragam hikmah di dalamnya. Padanya lah jiwa-jiwa yang merindu kan temukan alasan keberadaan dan penciptaan. Bahwa segala hal berada dalam pengaturan. Dan tiadalah hikmah dari pengaturan selain keindahan.