“Dia yang tak pernah berhenti belajar, tak pernah menjadi tua.”
Membaca adalah perintah pertama. Tentu bukan sekedar membaca dalam artian harfiahnya, melain menelaah setiap detik yang telah lewat, tuk menjadi bekal bagi setiap detik yang kan dilalui. Maka merugilah diri yang melewati tiap detik tanpa menarik pelajaran, sebab itu berarti ia berjalan mengembara tanpa bekal.
Ketuaan lahir adalah keniscayaan. Apapun dilakukan ia kan terjadi. Kebugaran lahir, sungguh takkan pernah kembali. Ia maju saja menuju kelemahan, apapun dilakukan. Maka benarlah ketika setiap jiwa selalu diajak tuk keluar dari pertumbuhan lahir, menuju pertumbuhan batin. Sebab pertumbuhan batin, adalah sesejatinya pertumbuhan, yang tak berbatas.
Sungguh, demikianlah kita bisa tumbuh secara batin, terus menjulang tinggi meski tubuh terus meringkuk tak berdaya. Bahkan ia lah pertumbuhan yang kan menyentuh hati, menelusup setiap jiwa. Wibawa yang bukan hadir sebab penampilan, melainkan keteduhan. Simaklah jiwa-jiwa yang menyejarah dalam zaman, niscaya kau temukan mereka cantik dalam jiwa, bukan dalam raga.
Belajar lah wahai jiwa. Belajarlah hingga kau mengenal Penciptamu. Tidak rindu kah kau pada keabadian yang Ia janjikan? Lepaslah, keluarlah dari apa yang nampak di depan mata, menuju apa yang diperuntukkan bagi ruhmu. Dengannya lah niscaya damai, sebab naunganNya tak pernah lepas, kini dan nanti.