“Tuhan tak pernah jauh. Kita lah yang kadang lupa berlabuh.”
Dia selalu terjaga, tak pernah henti mengurus makhluknya. Dia Maha Melihat, tak pernah satu pun perbuatan kita yang lepat. Dia Maha Kuasa, tiada daya upaya selain apa yang diberikan-Nya. Maka bagaimana mungkin ada diri yang merasa Dia begitu jauh? Ah, bagaimana kah Dia pernah menjauh, sementara tak satu pun daun jatuh kecuali atas izin-Nya?
Pastilah bukan soal Dia. Ini soal kita. Kita berkutat dengan kefanaan, maka tertipulah jiwa bahwa yang nyata hanya apa yang tampak semata. Padahal, sungguh padahal, diri ini sebegitu kecilnya, hingga tak sadari kuasa yang sebegitu besarnya. Bagaikan seorang bayi yang menangis keras merasa sendiri, sedang sang ibu hanya mampir sejenak ke kamar mandi. Pengawasan sang ibu tak pernah lepas, namun akal sang bayi memang belum sanggup pahami rapatnya pengawasan itu.
Ya, Tuhan tak pernah jauh. Kita lah yang lalai berlabuh.
Dia telah berikan sejuta tanda keberadaan-Nya, tapi mata ini selalu tertuju pada yang mudah tampak. Dia telah sediakan bermiliar hikmah, namun hati ini sibuk pikirkan yang di depan mata. Jadilah hidup ini terasa menghimpit, padahal tangan yang sibuk tegang memegang, cukuplah kita lepaskan saja.
Kembali lah wahai diri, kembali lah. Meski kau sejatinya tak kemana-mana, semata berada dalam besarnya kuasa-Nya.
Sungguh menyentuh…. memang kita sebagai makhluk yang sering lalai, harus saling mengingatkan agar sebagai insan yang sangat terbatas bisa saling membantu dan menguatkan. Terima kasih telah barbagi dan mengingatkan dalam kebaikan.