“Sebab hidup adalah perjalanan, tinggalkan beban yang tak diperlukan.”
Demikian sebuah nasihat hadir, mengajarkan bahwa hidup di dunia adalah serupa garis lurus. Bermula dari titik kelahiran, bermuara pada titik kematian. Sungguh sejenak waktu dunia ini, dibandingkan apa yang kan dihadapi sesudahnya.
Layaknya sebuah perjalanan,
bekal harus lah cukup. Tak kurang, tak lebih. Kurangnya bekal kan akibatkan kita berjalan dalam kekurangan kala apa nan harusnya dibawa justru tak terbawa. Sedang lebihnya bekal kan sebabkan kita melangkah tertatih-tatih ketika apa yang tak berguna menjadi beban. Maka wajar terjadi pada para pengembara, tuk memberikan bekal nan tak diperlukan kepada orang di sekitar, agar ia dapat berjalan dengan ringan hingga tujuan.
Serupa inilah kehidupan di dunia yang sejenak, namun berakibat panjang di akhirat. Dunia adalah tempat tiap jiwa mengambil bekal yang disyaratkan dalam perjalanan keabadian kelak. Maka pejalan yang cerdik akan sangat perhitungan, mana bekal yang perlu dibawa dengan cukup, mana yang wajib ditinggalkan.
Ada kalanya diri ini begitu sibuk memikir beragam urusan, padahal ia tak berarti barang sepeser pun di hari pengadilan. Namun ada kalanya diri ini begitu abai pada banyak pekerjaan, sedang ia justru memberatkan timbangan amal. Ah, insan nan pandai tentu akan berperangai sebaliknya. Bertanyalah ia selalu: mana kah perkara yang merupakan bekal hakiki bagiku kelak? Lalu dikerjakan lah. Dan mana kah perkara yang merupakan beban sejati bagiku kelak? Lalu ditinggalkan lah. Sebab tak semua yang tampak baik, benar-benar baik. Bahkan tak semua yang tampak baik, kita perlukan.