“Kehidupan terus berlangsung, bukan sebab kita tak pernah jatuh. Namun sebab kita jatuh, dan bangkit berkali-kali.”
Telah Dia pergilirkan keberhasilan dan kegagalan. Dan itu lah janjiNya.
Apa pasal?
Ya, sebab segala hal netral saja di hadapanNya. Sungguh keberhasilan diri ini, tak bermakna dibanding segala ciptaanNya. Dan sungguh kegagalan diri ini, tak berarti dibanding segala karuniaNya.
Maka keberhasilan dan kegagalan, memang diciptakan berdampingan. Ingatlah berapa lama diri ini berusaha mengucap kata, tuk akhirnya mahir berbicara. Tengoklah bagaimana diri ini berusaha menegakkan kaki, hingga akhirnya lincah melangkah. Dan entah mengapa pada masa-masa itu kita tak pernah putus asa. Tak pernah peduli bedanya keberhasilan dan kegagalan. Kita anggap keduanya sama semata. Jika lidah salah berucap, ya ulangi lagi. Jika kaki salah melangkah, ya luruskan lagi.
Teringatlah kita pada sebuah nasihat, bahwa keberhasilan adalah semata penanda bahwa apa yang kita kerjakan memang hal yang tepat. Sedang kegagalan adalah semata penanda bahwa apa yang kita kerjakan bukanlah hal yang tepat. Keduanya datang silih berganti, bahkan terkadang beriringan, sebab yang satu memang tak bisa hadir tanpa yang lain.
Maka bersahabatlah dengan kegagalan, wahai diri, sebagaimana kau bersahabat dengan keberhasilan. Rayakanlah kegagalan, sebaik kau dambakan keberhasilan. Sebab keberhasilan, hanyalah pucuk dari tumpukan kegagalan.