Cukup satu titik di punggungku yang ngilu luar biasa akibat salah gerak, dan aku pun kehilangan senyum hampir 3 hari. Satu titik itu begitu menyakitkan, hingga rukuk dan sujud saja menjadi dua gerakan yang memerlukan perjuangan. Sedemikian nyeri terasa sampai air mata terkadang tak kuasa mengalir dengan sendirinya.
Kisah serupa pernah kualami beberapa tahun lalu, kala kakiku tak sengaja menendang sudut ubin yang tajam, hingga kulitnya terkelupas sedikit. Hanya sedikit, dibandingkan bagian lain yang masih sehat wal afiat. Namun yang sedikit itu cukup lah, tuk menghapuskan senyum selama beberapa hari pula. Yang sedikit itu pula, memadai tuk menjadikan gerakan berjalan tak normal.
Sungguh sempurna ciptaanMu, duhai Rabb, hingga setiap titik dalam tubuh ini berjalin sempurna. Satu saja terganggu akibat ulah kami sendiri, segera saja kami tak kuasa menahan sakitnya. Sungguh anggun pengaturanMu, wahai Yang Maha Pengasih, maka betapa kuwalahan kami mensyukuri barang sedikit.
“Maka nikmat Tuhanmu yang mana kah yang kan kau dustakan?”
Betapa kalimat ini begitu menusuk, teramat dalam. Ya, tidak ada satu pun yang bisa kudustakan. Sedang satu titik saja sakit dalam tubuhku sungguh tak tertahankan rasanya. Cukuplah ia jadikan pikir dan rasa tak berfungsi baik.
“Maka nikmat Tuhanmu yang mana kah yang kan kau dustakan?”
Tak ada, duhai Tuhan, tak ada. Tak layak, duhai Tuhan, tak layak kami melakukannya. Maka ajari kami bersyukur kepadaMu.