“Milikmu bukanlah apa yang ada dalam genggamanmu. Milikmu adalah apa yang kau lepaskan dari genggamanmu.”
Adalah Dia, yang acapkali ajari kita tentang kepemilikan, melalui kehilangan. Sebab setiap hal adalah milikNya, lalu bagaimana mungkin diri yang hina ini memiliki barang sesuatu? Maka kehilangan, sejatinya adalah ruang pembelajaran akan hakikat kepemilikan. Tak ada pun sesuatu yang kita miliki, melainkan bermakna titipan, pinjaman. Karenanya setiap yang ada dalam genggaman kan dipertanggung jawabkan: darimana ia berasal, untuk apa ia digunakan, niat apa yang mendasarinya. Hingga setiap yang tak tersebut nama Allah di dalamnya, bersiap-siaplah menjadi pemberat jalan tuk kembali.
Demikianlah kehilangan, mengajari diri bahwa tak ada kepemilikan sejati. Namun begitu Pemurahnya Dia, dia titipkan beragam hal pada kita, agar menjadi jalan bagi bertambahnya kebaikan. Maka kita belajar kaidah: apa yang kita miliki bukanlah apa yang ada dalam genggaman, apa yang kita miliki justru adalah apa yang kita lepaskan dengan keikhlasan.
Ya, yang ada dalam genggaman, meski halal, ia masih netral semata. Penentuannya ada pada untuk apa ia digunakan. Begitu ia dilepaskan dalam kebaikan, jadilah ia pemberat amal. Jika sebaliknya, jadilah kelak ia penyesalan tiada tandingan. Maka insan yang cerdik memang seumumnya gelisah akan apa yang ia genggam, dan bersegera tuk menjadikannya manfaat agar bernilai kebajikan, mumpung hayat masih dikandung badan.
Demikian pula apa yang hilang. Apa nan hilang darimu, wahai diri, memang bukanlah milikmu. Sebab apa yang milikmu, takkan hilang darimu. Maka pada tiap kehilangan, luruskanlah niatmu dalam keikhlasan, agar ia bernilai pemberian. Meski nafsu terikat padanya, moga Allah tetap nilai niatmu sebagai pemberat timbangan kebaikan. Sebab sungguh beda antara penyesalan dan keikhlasan. Penyesalan atas apa yang hilang, sebabkan diri bergumul dalam kegelisahan. Sedang keikhlasan dengan mengangganya sebagai sedekah, bisa jadi lipat gandakan amalan.
MasyaAllah, menyentuh sekali Mas Teddi, kita sebagai manusia, memang tidak pantas untuk sombong sedikitpun.
Terima Kasih atas inspirasi nya Mas Teddi 🙂
Moga manfaat ya…