“Kemana hidupmu kau arahkan, ke sana lah kau terikat.”
Pandangan kita ibarat corong. Di titik mana ia mengarah, ke sana lah segenap air kan mengalir. Dan kala bicara pandangan, ia tak hanya soal mata. Melainkan juga pikiran, perasaan, segenap jiwa. Adalah fitrah diri tak bisa terombang-ambing. Pastilah memerlukan tempat bersandar, tempat bergantung. Hanya saja, ada tempat bergantung yang mudah rubuh, ada yang kuat nan kokoh.
Kaidahnya sederhana, duhai diri. Apa yang serupa dengan dirimu, maka kekuatannya tak mungkin melebihimu. Maka jika kau mencari yang lebih kuat darimu, maka carilah yang tak serupa denganmu.
Makhluk, ya makhluk, apapun jenis dan rupanya, adalah serupa dirimu semata. Secanggih dan seajaib apapun ia tampak bagimu, ia tak lebih kuat darimu. Selalu akan ada masa dan tempat kala kekuatannya luruh jua. Maka bersandar pada makhluk kan menghadirkan selain kekecewaan, kelemahan, ketakutan, kegalauan. Sebab ia sama denganmu, pun memerlukan tempat bergantung. Padahal, segala yang kau arahkan hidupmu padanya, kan membuatmu terikat. Demikianlah makhluk yang jadi perhatianmu, tak perlu waktu lama tuk membuatmu sulit melepaskan diri darinya.
Ah, kau tak ingin seperti itu, wahai diri? Maka arahkanlah pandanganmu pada apa yang tak serupa denganmu. Ya, Ia tak lain adalah Penciptamu. Pandanglah, dan biarkan dirimu terikat padaNya, meski sejatinya memang kau tak pernah lepas dariNya.
Terikat pada yang Maha Tinggi, kan buat jiwamu meninggi, menembus batas-batas kesementaraan. Hingga tiada lain yang sanggup kau lakukan selain tunduk. Namun kau kan rasakan, wahai diri, bahwa ketundukan, adalah kemuliaan. Sebab kau tundukkan dirimu pada Dia yang menguasai seluruh jiwa. Kau hina, jika tundukmu pada sebangsamu. Kau mulia, kala tundukmu pada Dia semata.