“Saat sebuah makna telah kita pilih, ingatlah masih ada jutaan makna lain menunggu tuk diraih.”
Manusia adalah makhluk makna. Ia bergerak sebab makna, diam pun sebab makna. Benarlah sebuah nasihat yang mengatakan bahwa kebermaknaan hidup, bergantung pada makna yang diurai setiap saatnya.
Demikianlah hidup sejatinya adalah rangkaian pemilihan makna. Ada banyak makna bertebaran, namun tanpa sadar kita lebih memilih yang satu dari yang lain. Baik jika makna itu memberdayakan. Buruk jika makna itu memperdayakan.
Maka waspadalah selalu, wahai diri, kala tanpa sadar telah memilih sebuah makna. Makna terpilih itu bisa jadi bukan satu-satunya yang benar. Kalaupun ia benar, belum tentu pula selalu tepat dalam segala situasi. Ada kalanya ia terlalu sempit, hingga perlu diperluas. Ada kalanya ia cukup luas, namun salah tempat.
Begitu pun kala sebuah makna telah kau pilih, ingatlah bahwa orang lain mungkin—punya hak—tuk memilih makna yang lain. Berbedanya ia denganmu sejatinya adalah jalan tuk melembutkan hati, meluaskan jiwa. Ia bukanlah dinding, melainkan pintu tuk diketuk, lalu saling bertegur sapa.
Ya, bertegur sapa, dialog, adalah momen pertukaran makna. Hingga makna yang kau pilih meluas sebab memahami makna pilihan orang lain. Di titik ini lah perbedaan menjelma keindahan, sebab ia lahir dari keinginan tuk mendapatkan pemahaman.
Buy Prednisone Onlineno Prescription